Monday, March 01, 2010

Sedekah Menyembuhkan Penyakit

Shadaqah Menyembuhkan Penyakit 

Di antara problematika kehidupan yang banyak dihadapi manusia adalah ditimpa berbagai macam penyakit, baik jasmani maupun rohani. Dan untuk mengobati penyakit, beragam ikhtiar dan usaha dilakukan oleh manusia. Ada di antara manusia yang menyalahi syari'at Islam dalam melakukan ikhtiar, seperti mendatangi dukun, orang pintar dan paranormal. Namun banyak juga yang sadar tentang bahaya perdukunan, sehingga mereka pun berusaha mencari pengobatan dengan cara yang sesuai dengan syari'at Islam, seperti mendatangi dokter, berbekam, mengonsumsi habbatus sauda' (jintan hitam) dan madu, atau dengan cara ruqyah syar'iyyah. 

Dalam tulisan kali ini akan dibahas tentang salah satu sebab syar'i untuk memperoleh kesembuhan, simak dan resapilah nasehat Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau telah bersabda, “Ubatilah orang-orang yang sakit di antara kalian dengan ber-shadaqah.” (Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahih al-Jami') 

Cobalah iringi ikhtiar dan usaha yang kita lakukan secara syar'i dalam mencari kesembuhan dengan bershadaqah dan tanamkanlah niat shadaqah tersebut di dalam hati kita agar Allah subhanahu wata’ala menyembuhkan penyakit yang sedang menimpa kita. 

Sebab-Sebab Syar'i untuk Memperoleh Kesembuhan 

Pertama: Melakukan ikhtiar secara Islami dan jangan melakukan ikhtiar yang terlarang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda, “Sesungguhnya Allah yang menciptakan penyakit dan obatnya, maka berubatlah kalian tapi jangan berubat dengan cara yang diharamkan” (Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah) 

Kedua: Meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah subhanahu wata’ala adalah satu-satunya Dzat Yang Maha Menyembuhkan, sedangkan makhluk yang terlibat proses pengobatan seperti dokter, tabib, obat-obatan dan hal-hal yang terkait lainnya, itu semua hanyalah sarana menuju kesembuhan, dan buanglah sejauh mungkin keyakinan-keyakinan dan ungkapan-ungkapan yang menyimpang dari aqidah tauhid, seperti seseorang mengungkapkan perkataan setelah memperoleh kesembuhan, “Dokter Fulan memang hebat, obat itu memang manjur,” dan ungkapan-ungkapan keliru lainnya. 

Ke tiga: Dekatkan diri dan tingkatkan ketaqwaan kepada Allah subhanahu wata’ala, serta mohonlah kepada-Nya ampunan atas dosa-dosa yang kita perbuat, karena salah satu hikmah Allah subhanahu wata’ala menurunkan penyakit pada diri kita adalah agar kita kembali ke jalan-Nya. 

Ke empat: Bertawakkallah kepada-Nya dan berdo'alah selalu kepada Allah subhanahu wata’ala Dzat Yang Maha Menyembuhkan segala penyakit, agar penyakit segera diangkat dari diri kita dan janganah bosan untuk berdo'a, sebab kita tidak tahu kapan Dia menjawab do'a kita. Perhatikan sebab-sebab terkabulnya do'a serta penuhi syarat-syaratnya. 

Ke lima: Bershadaqahlah semampu kita karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjanjikan kesembuhan melalui shadaqah, dan tepislah jauh-jauh anggapan bahwa bershadaqah itu mengurangi harta kita, justru Allah subhanahu wata’ala akan melipatgandakan harta kita. Dan niatkanlah shadaqah untuk memperoleh kesembuhan dari Allah subhanahu wata’ala. 

Ke enam: Yakini dan tanamkan keyakin-an sedalam-dalamnya bahwa Allah subhanahu wata’ala akan menyembuhkan penyakit kita. 

Kisah-Kisah Nyata Orang Sembuh Setelah Bershadaqah 

Syaikh Sulaiman Bin Abdul Karim Al-Mufarrij berkata, “Wahai saudaraku yang sedang sakit, shadaqah yang dimaksudkan dalam hadits ini adalah shadaqah yang diniatkan untuk memperoleh kesembuhan, boleh jadi anda telah banyak melakukan shadaqah, tetapi hal itu tidak anda lakukan dengan niat untuk mendapatkan kesembuhan dari Allah subhanahu wata’ala, oleh karena itu coba anda lakukan sekarang dan tumbuhkanlah kepercayaan dan keyakinan bahwa Allah subhanahu wata’ala akan menyembuhkan diri anda. Isilah perut para fakir miskin hingga kenyang, atau santunilah anak yatim, atau wakafkanlah harta anda, atau melakukan shadaqah jariah, karena sesungguhnya shadaqah tersebut dapat mengangkat dan menghilangkan berbagai macam penyakit dan berbagai macam musibah dan cobaan, dan hal seperti itu sudah banyak dialami oleh orang-orang yang diberi taufiq dan hidayah oleh Allah subhanahu wata’ala, sehingga mereka memperoleh obat penawar yang bersifat rohani (termotivasi oleh keimanan, ketaatan dan keyakinan pada Allah subhanahu wata’ala) dan itu lebih bermanfaat daripada sekedar obat-obat biasa. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, juga telah melakukan pengobatan dengan metode pengobatan ruhaniyah ilahiyyah (yaitu pengobatan yang menitikberatkan pada aspek keimanan, ketaatan dan keyakinan pada Allah subhanahu wata’ala). Demikian juga dengan para generasi salafus shaleh, mereka juga selalu bershadaqah sesuai kadar sakit dan derita yang menimpa mereka, dan shadaqah yang mereka keluarkan adalah harta mereka yang sangat berkualitas. Wahai saudaraku yang sedang sakit janganlah anda bakhil terhadap diri anda sendiri, sekaranglah waktunya untuk shadaqah.” (Shifatun 'Ilaajiyyah Tuzilu Al-Amraadh bi Al-Kulliyyah) 

Kisah Pertama: Ada seseorang bertanya kepada Abdullah Bin Mubarak rahimahullah, tentang penyakit di lututnya yang telah diderita semenjak tujuh tahun. Dia telah melakukan bermacam usaha untuk mengobatinya dan telah bertanya kepada para dokter, tetapi belum merasakan hasil manfaatnya. Maka Abdullah Bin Mubarak rahimahullah, berkata kepadanya, “Pergilah anda mencari sumber air dan galilah sumur di situ karena orang-orang membutuh-kan air! Aku berharap ada air yang memancar di situ, maka orang itu pun melakukan apa yang disarankan oleh beliau, lalu dia pun sembuh.” (Kisah ini dikutip dari Shahih At-Targhib) 

Kisah Ke dua: Ada seseorang yang diserang penyakit kanser. Dia sudah keliling dunia untuk mengobati penyakitnya, tetapi belum memperoleh kesembuhan. Akhirnya dia pun bershadaqah kepada seorang ibu yang memelihara anak yatim, maka melalui hal itu Allah subhanahu wata’ala menyembuhkan dia. 

Kisah Ke tiga: Kisah ini langsung diceritakan oleh orang yang menga-laminya kepada Syaikh Sulaiman Bin Abdul Karim Al-Mufarrij, Dia berkata kepada beliau, “Saya mempunyai seorang putri balita yang menderita suatu penyakit di sekitar tenggorokannya. Saya telah keluar masuk ke beberapa rumah sakit dan sudah konsultasi dengan banyak dokter, namun tidak ada hasil apa pun yang dirasakan. Sedangkan penyakit putriku tersebut semakin memburuk, bahkan untuk menghadapi penyakitnya tersebut, hampir-hampir saya ini yang jatuh sakit dan perhatian seluruh anggota keluarga tersita untuk mengurusinya. Dan yang bisa kami lakukan hanya memberikan obat untuk mengurangi rasa sakitnya saja. Kalaulah bukan karena rahmat Allah subhanahu wata’ala rasa-rasanya kami sudah putus asa olehnya. Namun apa yang di angan-angankan itu pun datang dan terkuaklah pintu kesulitan yang kami alami selama ini. Suatu hari ada seorang yang shalih menghubungiku lewat telephon lalu menyampaikan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Obatilah orang-orang yang sakit di antara kalian dengan bershadaqah.” Saya katakan kepada orang shalih tersebut, sungguh saya sudah banyak bershodaqoh! Lalu kata beliau kepadaku, “Bershadaqahlah kali ini dengan niat agar Allah subhanahu wata’ala menyembuhkan putrimu. Mendengar hal itu saya langsung mengeluarkan shadaqah yang sangat sederhana kepada seseorang yang fakir, namun belum ada perobahan pada putriku. Lalu hal itu saya sampaikan kepada orang shalih tersebut. Dia pun mengatakan kepada saya, “Anda adalah orang yang banyak dapat nikmat dan punya banyak harta. Cobalah engkau bershadaqah dalam jumlah yang lebih banyak.” Setelah mendengar itu, maka saya pun mengisi mobil saya sepenuh-penuhnya dengan beras, lauk pauk, dan bahan makanan lainnya, lalu saya bagi-bagikan langsung kepada orang-orang yang membutuh-kannya, sehingga mereka sangat senang menerimanya. Dan demi Allah (saya bersumpah) saya tidak akan lupa selama-lamanya, ketika shadaqah tersebut selesai saya bagi-bagikan, Alhamdulillah putriku yang sedang sakit tersebut sembuh dengan sempurna. Maka saat itu saya pun menyakini bahwa di antara sebab-sebab syar'i yang paling utama untuk meraih kesembuhan adalah shadaqah. Dan sekarang atas berkat karunia dari Allah subhanahu wata’ala putriku tersebut telah tiga tahun tidak mengalami sakit apa pun, Dan mulai saat itulah saya banyak-banyak mengeluarkan shodaqoh terutama mewakafkan harta saya pada hal-hal yang baik, dan (Alhamdulillah) setiap hari saya merasakan nikmat dan kesehatan pada diri saya sendiri maupun pada keluarga saya serta saya juga merasakan keberkahan pada harta saya. (Isnen Azhar) 
 
Sumber : situs dakwah dan informasi Islam : alsofwah.or.id
http://blog-eblog.blogspot.com/2010/02/shadaqah-menyembuhkan-penyakit.html

http://news.brunei.fm/2010/02/27/oic-urges-action-on-israels-mosques-plan/ 

Renungan Untuk Sesiapa Yang Sedang Sakit

Renungan Untuk Saudaraku Yang Sedang Sakit 

Wahai saudaraku, andaikan anda tahu bahwa apa yang sedang menimpa diri anda sekarang adalah bagian dari suratan taqdir yang tidak bisa dielakkan, maka raihlah ribuan pahala yang telah Allah sediakan bagi anda jika anda menerima suratan taqdir ini dengan ridha dan kesabaran, sungguh luar biasa keberuntungan orang-orang yang sabar menerima taqdir-Nya tatkala ditimpa musibah. 

Wahai saudaraku, semak dan renungkan untaian-untaian nasehat dan mutiara hikmah di balik penyakit, derita, nestapa dan musibah yang sedang menerpa anda saat ini. 

Penyakit Adalah Ujian Iman 

Ingatlah wahai saudaraku yang sedang terbaring sakit bahwa apa yang anda alami sekarang ini adalah ujian dan cobaan dari Allah subhanahu wata’ala. Dan sadarilah bahwa kehidupan manusia di dunia ini tidak akan pernah lepas dari ujian dan cobaan, oleh karena itu renungkanlah firman Allah Allah subhanahu wata’ala berikut, artinya, 
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan;"Kami telah beriman", sedang mereka belum diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguh Allah mengetahui orang-orang yang jujur (dalam keimanannya) dan sesungguhnya Diapun mengetahui orang-orang yang berdusta.” (QS. Al-Ankabut: 2-3) 

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, 
“Sungguh mengagumkan urusan seorang mukmin, sungguh seluruh urusannya adalah bernilai kebaikan, dan tiada seorangpun yang mendapatkan hal itu kecuali hanya seorang mukmin, jika mendapat nikmat dia bersyukur dan itu adalah baik baginya, dan jika tertimpa musibah dia bersabar dan itu adalah baik baginya.” (HR. Muslim) 

Allah Allah subhanahu wata’ala Menguji Hamba-Nya Karena Cinta Kepada Hamba Tersebut. 

Renunganlah wahai saudaraku, tatkala anda sedang terbaring sakit, maka ingatlah bahwa Allah Allah subhanahu wata’ala sedang menganugerahkan bentuk cinta-Nya kepada anda. Renungkan-lah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berikut ini, 
“Sesungguhnya besarnya pahala tergantung seberapa beratnya ujian, Dan sesungguhnya Allah l apabila mencintai suatu kaum, maka Dia menguji mereka, barangsiapa yang ridha (menerima cobaan dan ujian itu), maka dia mendapatkan keridhaan, dan barangsiapa yang murka (tidak ridha menerima cobaan dan ujian itu), maka dia mendapat kemurkaan.” (HR. At-Tirmizi) 

Juga Renungkanlah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berikut ini:  
”Barangsiapa yang dikehendaki Allah lkebaikan pada dirinya maka Dia menimpakan cobaan kepadanya.” (HR. Al-Bukhari) 

Sakit Merupakan Suratan Taqdir Yang Harus Diterima Dengan Kesabaran 

Warna-warni kehidupan manusia tiada terpisah sedikitpun dari menjalani taqdir Ilahi, andaipun anda seorang dokter yang senantiasa melakukan tindakan preventif agar tetap sehat dan terjaga dari berbagai macam penyakit, tetap tidak mampu menolak ketetapan taqdir Allah Allah subhanahu wata’ala. Ingatlah wahai saudaraku! Semua musibah, penyakit dan apapun yang terjadi pada diri anda dan pada orang lain, itu semua merupakan takdir dari Allah, karena itu resapilah dalam-dalam firman Allah Allah subhanahu wata’ala berikut ini, 
“Katakanlah, "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah lbagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal". (QS. At-Taubah: 51) 

Dan juga firman Allah Allah subhanahu wata’ala, artinya, 
“Tiada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan petunjuk kedalam hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu". (QS. At-Taghaabun: 11) 

Bersifat ariflah anda dalam menyikapi penyakit ataupun musibah yang sedang anda alami, sebab semakin arif anda menyikapi musibah yang sedang menimpa anda, maka semakin banyak anda meraup nilai pahala yang sangat luar biasa, bersikaplah anda sebagaimana sikap seorang mukmin yang beriman kepada Takdir Allah Allah subhanahu wata’ala baik dan buruknya, niscaya musibah yang menimpa anda ini akan terasa lebih ringan. 

Sakit Dan Musibah Adalah Sarana Untuk Meleburkan Dosa Dan Kesalahan 

Dari Abu Hurairah a, dia berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, 
“Sesunguhnya Allah benar-benar menguji hamba-Nya dengan penyakit, sehingga Dia menghapuskan darinya setiap dosanya." (HR. Al-Hakim: 1/348) 

Dalam hadits lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ber-sabda, 
“Bencana senantiasa menimpa seorang mukmin dan mukminah pada dirinya, anaknya dan hartanya, sehingga dia bertemu dengan Allah l dalam keadaan tidak memiliki kesalahan." (HR. At-Tirmizi 2399, Ahmad 2/450, Al-Hakim 1/346) 

Juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, 
"Tiada seorang mukmin yang mengalami kesusahan terus-menerus, kepayahan, penyakit dan juga kesedihan, bahkan sampai kepada kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengan hal itu dosa-dosanya." (HR. Muslim 4/1993) 

Mendapatkan Derajat Yang Tinggi Di Sisi Allah Allah subhanahu wata’ala 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda, 
"Tiadalah seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari sekedar itu, melainkan ditetapkan baginya karena hal itu satu derajat dan menghapus pula satu kesalahan karena hal itu." (HR. Muslim 4/1991) 

Bahkan boleh jadi anda dalam catatan Taqdir termasuk seseorang yang mempunyai kedudukkan yang tinggi dan mulia di sisi Allah Allah subhanahu wata’ala, tetapi anda tidak mungkin bisa mencapai derajat yang mulia dan tinggi tersebut dengan hanya mengandalkan amal ibadah yang anda lakukan, atau anda tidak memiliki amal ibadah khusus yang bisa mengantarkan kepada kedudukan tersebut. Maka Allah Allah subhanahu wata’ala mendatangkan kepada anda secara terus menerus berbagai macam ujian, jika anda hadapi musibah-musibah itu dengan sabar dan tanpa ber-su'uzzhon terhadap-Nya, maka Allah Allah subhanahu wata’ala balas kesabaran anda itu dengan memberi kedudukan yang tinggi dan mulia, yang belum tentu bisa anda capai dengan amal ibadah. 

Tentang hal ini Abu Hurairah a mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, 
"Sesungguhnya seseorang benar-benar memiliki kedudukan di sisi Allah, namun tiada suatu amal apapun yang bisa meng-hantarkannya ke kedudukan tersebut, maka Allah lmemberikan cobaan kepadanya secara silih berganti dengan sesuatu yang tidak dia sukai, sehingga Allah mengantarkannya untuk sampai kepada kedudukan tersebut." (HR. Abu Ya'la, Ibnu Hibban, Al-Hakim dan dia berkata: shahih sanadnya.) 

Jalan Menuju Surga Terbentang Luas 

Surga Allah subhanahu wata’ala hanya bisa diraih dengansesuatu yang tidak disukai oleh hawa nafsu manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, 
"Surga itu dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai (oleh hawa nafsu) dan sedangkan neraka itu dikelilingi dengan hal-hal yang disukai hawa nafsu." (HR. Al-Bukhari & Muslim) 

Kesabaran dan keridhaan anda menerima musibah adalah kunci untuk membuka pintu surga, tiada balasan bagi mereka yang bersabar dan ridha menerima taqdir Allah melainkan surga. 

Simaklah firman Allah Allah subhanahu wata’ala berikut, artinya, 
"Tiada suatu balasan yang lebih pantas di sisi-Ku bagi hamba-Ku yang beriman, jika Aku telah mencabut nyawa seseorang yang disayangi-nya dari penghuni dunia ini kemudian dia bersabar atas hal itu melainkan surga." (HR. Al-Bukhari) 

Menyucikan Jiwa dan Membersihkan Hati 

Dalam keadaan sehat manusia itu sering melupakan Dzat yang memberinya nikmat kesehatan tersebut, sehingga kesehatannya itu terkadang mengundang dirinya untuk bersikap sombong, angkuh, bangga dan ujub, sebab dia merasa bisa melakukan apa saja yang dia inginkan tanpa ada yang menghalangi. Namun dengan adanya penyakit atau musibah yang Allah Allah subhanahu wata’ala timpakan kepada seseorang maka penyakit-penyakit hati seperti di atas bisa hilang dan bersih dari jiwa atas berkat rahmat dan karunia Allah. 

Imam Ibnul Qayyim v berkata, "Hati dan ruh bisa mengambil pelajaran yang ber-manfaat dari penderitaan dan penyakit, kebersihan hati dan ruh itu tergantung sejauh mana penderitaan jasmani dan kesulitannya." 

Lebih lanjut beliau v mengungkapkan, "Kalau bukan karena cobaan dan musibah di dunia ini, niscaya manusia terkena panyakit hati seperti: Al-Kibr (kesombongan), Al-Ujub (bangga diri) dan Al-Qoswah (keras hati). Padahal sifat-sifat itulah yang menyebabkan kehancuran bagi seseorang di dunia dan di akhirat. Di antara rahmat Allah, kadang-kadang manusia tertimpa musibah, sehingga dirinya terlindungi dari berbagai penyakit hati dan terjaga kemurnian ubudiyyahnya (kepada Allah l). Mahasuci Allah yang merahmati manusia dengan musibah dan ujian.” (Syifaa-ul 'Alil) 

Musibah Sebagai Teguran Atas Kesalahan dan Dosa-Dosa Manusia 

Dekatkanlah diri dan tingkatkanlah ketaqwaan kepada Allah Allah subhanahu wata’ala, serta memohon-lah kepada-Nya ampunan atas dosa-dosa dan segala kekhilafan, sebab manusia tiada yang luput dari dosa dan kesalahan, dan ingatlah bahwa salah satu hikmah Allah l menurun-kan penyakit pada diri kita adalah agar kita kembali ke jalan-Nya, firman Allah Allah subhanahu wata’ala, artinya, 
"Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian adzab yang dekat (musibah dan penderitaan di dunia) sebelum datang adzab yang lebih besar (di akhirat); mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. As-Sajadah: 21) 

Berikhtiarlah dan jangan putus asa dari rahmat Allah Allah subhanahu wata’ala 

Tatkala anda tertimpa musibah atau menderita suatu penyakit, maka berusahalah mencari solusinya agar bisa keluar dari kesulitan tersebut, dan yakinilah bahwa di balik setiap kesulitan pasti ada kemudahan, dan di balik setiap penyakit ada obatnya, lakukanlah langkah-langkah berikut ini: 

Pertama: Berikhtiyarlah dengan tanpa melanggar larangan Allah dan Rasul-Nya, sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda, 
“Sesungguhnya Allah yang menciptakan penyakit dan obatnya, maka berobatlah kalian tapi jangan berobat dengan cara yang diharamkan." (Hadits ini dihasankan oleh Syekh Al-Albani dalam Ash-Shohihah) 

Ke dua: Berdo'alah dengan penuh keyakinan bahwa Allah l mendengarkan pengaduan dan rintihan kepasrahanmu kepada-Nya. Dan tanamkanlah ke dalam keyakinan anda bahwa setelah kesulitan akan ada kemudahan. 

Ke tiga: Dekatkan diri, tingkatkan ketaqwaan serta bertawakkallah kepada-Nya

Ke empat: Perbanyaklah infaq dan shadaqah sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjanjikan kesembuhan melalui bershadaqah, sebagai-mana sabdanya,  
"Obatilah orang-orang yang sakit di antara kalian dengan bershadaqah." (Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-Bani dalam Shahih Al-Jami') (Isnain Azhar) 

Sumber: buletin An-nur (www.alsofwah.or.id)
http://blog-eblog.blogspot.com/2010/02/renunganuntuk-saudaraku-yang-sedang.html