Selasa, 04 September 2012
abdullah haidir
@abdullahhaidir1
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى . وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى . فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى (سورة الليل: 5-7
Siapa yang mengeluarkan hartanya (sadaqah) dan bertakwa kepada Allah, serta membenarkan Laa ilaaha illallah dan kandungannya serta konsekwensinya, maka Kami akan beri petunjuk dan taufiq kepada sebab-sebab kebaikan, kesalihan dan kami mudahkan perkaranya. (QS. Al-Lail: 5-7)
وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى . وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى . فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى . وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّى (سورة الليل 8-11
Siapa yang bakhil dengan hartanya, dan merasa cukup tidak membutuhkan balasan Tuhannya, serta mendustakan Laa ilaaha Illallah serta kandungan dan konsekwensinya, maka akan Kami mudahkan baginya sebab-sebab kesengsaraan, dan tidak bermanfaat hartanya yang dia simpan ketika dirinya terjerumus dalam neraka. (QS. Al-Lail: 8-11)
(At-Tafsir Al-Muyassar)
Selain pahala dan janji surga, kita sering berharap kebaikan-kebaikan yang dapat kita saksikan secara indrawi dari ibadah dan amal saleh yang kita lakukan. Hal tersebut sah-sah saja, karena Allah juga menjanjikan kehidupan yang baik bagi mereka yang beriman dan beramal saleh.
Akan tetapi dalam ayat di atas, kita diingatkan bahwa ada salah satu balasan Allah Ta'ala yang diberikan kepada hamba-Nya yang suka beramal saleh dan berharap pahala, yaitu bahwa dia akan dimudahkan untuk melakukan amal-amal saleh pada waktu-waktu berikutnya. Inilah yang disebut taufiq dari Allah Ta'ala. Dan inilah yang sangat berharga dalam kehidupan seorang muslim.
Sebaliknya, hukuman terberat dari keengganan seseorang beramal saleh, adalah semakin tertutup hatinya dan semakin enggan dirinya untuk melakukan berbagai kebaikan dan ketaatan.
Karena itu, sebagian salaf berkata,
مِنْ ثَوَابِ الْحَسَنَةِ الْحَسَنَةُ بَعْدَهَا، وَمِنْ جَزَاءِ السَّيِّئَةِ السَّيِّئَةُ بَعْدَهَا
"Di antara ganjaran kebaikan adalah (lahirnya) kebaikan berikutnya. Dan di antara balasan keburukan adalah (lahirnya) keburukan sesudahnya." (Tafsir Ibnu Katsir)
Ibadah dan amal saleh, hendaknya menjadi energi atau bahan bakar untuk melahirkan amal saleh pada waktu berikutnya.
Akan tetapi dalam ayat di atas, kita diingatkan bahwa ada salah satu balasan Allah Ta'ala yang diberikan kepada hamba-Nya yang suka beramal saleh dan berharap pahala, yaitu bahwa dia akan dimudahkan untuk melakukan amal-amal saleh pada waktu-waktu berikutnya. Inilah yang disebut taufiq dari Allah Ta'ala. Dan inilah yang sangat berharga dalam kehidupan seorang muslim.
Sebaliknya, hukuman terberat dari keengganan seseorang beramal saleh, adalah semakin tertutup hatinya dan semakin enggan dirinya untuk melakukan berbagai kebaikan dan ketaatan.
Karena itu, sebagian salaf berkata,
مِنْ ثَوَابِ الْحَسَنَةِ الْحَسَنَةُ بَعْدَهَا، وَمِنْ جَزَاءِ السَّيِّئَةِ السَّيِّئَةُ بَعْدَهَا
"Di antara ganjaran kebaikan adalah (lahirnya) kebaikan berikutnya. Dan di antara balasan keburukan adalah (lahirnya) keburukan sesudahnya." (Tafsir Ibnu Katsir)
Ibadah dan amal saleh, hendaknya menjadi energi atau bahan bakar untuk melahirkan amal saleh pada waktu berikutnya.
Wallahua'lam.
Riyadh, Syawwal 1433
No comments:
Post a Comment