Tuesday, October 23, 2012

Sajak Aceh: Berperang di Jalan Allah



Yakinlah saudaraku sayang,
Ada firman dalam Al Qur-an:
Berperang di Jalan Allah,
Adalah penghulu ibadah.
Asli hadis kusebut tiada,
Makna saja kurakam di sini,
Peringatan agar siap-siaga,
Tiada siapa yang alpa diri
Renungkan saudaraku sayang,
Tidaklah hamba mangada-ada,
Benar ini berita Al Qur-an,
Bukan khabaran tiada berpunca.

Dalam Al Qur-an terakam ayat,
Firman Allah Mahakuasa,
Had is Rasul pemimpin umat
Jangan lupakan saudara tercinta.
Hadis Nabi benar berkata,
Berperang di Jalan Allah,
Balasan akan datang nyata,
Sorga tersedia sudah.
Demikian tersurat di dalam kitab,
Firman Allah Ilahi Rabbi,
Dengar kata makna ayat,
Raja ibadat perang suci
Tubuhmu sayang dibeli Tuhan,
Sorga tinggi harganya pasti,
Yakinlah kita wahai budiman,
Orang beriman berbahagia nanti,
Siapa serahkan nyawa dan harta,
Biaya perang di jalan Ilahi,
Dibeli Allah harganya berganda,
Sorga tinggi tukarannya pasti.
Demikian saudara karunia Rabbi,
Pahala jihad di padang bakti,
Begitu suratan janji Ilahi,
Apa lagi yang dinanti

Wahai pemudaku intan baiduri,
Usia dunia akan berakhir,
Janji Ilahi akan berbukti,
Seperti dalam suratan takdir.
Selagi langit belum berantakan,
Beberapa tanda telah nyata,
Di dunia dajal gentayangan,
Berkeliaran di mana-mana.
Sebelum datang dajal hakiki,
Sudah di dunia antek-anteknya,
Bila masa kehadirannya nanti,
Segala amal tiada berguna.
Arti ibadat sudah tiada,
Masa bakti Tuhan akhiri,
Segala amal sia-sia,
Pintu ibadat terkunci erat.
Jangan lalai saudaraku.
Berjihad kumpulkan bekal akhirat,
Selagi pintu taubat masih terbuka,
Kini masanya memeras keringat.
Sebelum datang Malaikat Izrail,
Suruh Hadlarat Menjemput nyawa,
Baiklah datang sebelum dipanggil.
Serahkan rela, sayang mengapa.
Oh, saudaraku sayang,
Bangsawan dan rakyat biasa,
Di Jalan Allah marilah berperang,
Kehilangan nyawa gelisah mengapa ?

Saudara-saudara kaum sebangsa,
Nyawa melayang sudahlah pasti,
Biar raja Rum yang hebat kuasa-,
Yang menguasai Seantero negeri
Kemana kita akan berlindung,
Di sana mati telah menanti,
Seperti Firman Tuhan Pelindung,
Dalam Al-Qur-an jelas pasti
"Akan berlindung dalam Kota berbeton besi,
Di sana maut sudah menanti, "
Karena itu, muda bestari,
Siap siaga, mawas diri.
Kendati Muhammad Rasul utama,
Maut telah merenggut nyawanya,
Menyerah kepada Mahakuasa,
Bukan ini pertanda nyata ?

Bila masanya ajal menjemput,
Datang merenggut nyawa di badan
Tangguh sesaat jangan harapkan,^
Yang pergi takkan kembali
Renungkan muda bangsawan,
Bawa ke mana intan berlain,
Siapa saja makhluk Tuhan,
Mati pasti, jin ataupun insan,
Kita tidak tahu kapan,
Tiada daya menerka iradat Tuhan,
Sadari dan mengertilah teman,
Kecuali Ilahi semua mati.
Apapun kerja kita teman,
Haruslah karena Tuhan,
Kasih hati yang bukan Ilahi,
Segera akan pergi
Entah sedang berpadu kasih,
Perpisahan datang merenggut cinta,
Entah dijalan, entah di mana,
Maut mengadang mencengkeram nyawa,
Sebab itu, saudaraku sayang,
Ke medan perang marilah kita,
Daripada mati konyol di ladang,
Baiklah tewas di medan laga.

Alangkah hina dan pedihnya, teman,
Andai mati di pangkuan isteri,
Sakit nyawa keluar di badan,
Kecuali mati mengadang kompeni,
Tidak mengapa, sayang.
Di medan perang berbantal pedang,
Badan terkapar rebah terlentang.
Menantang musuh di gelanggang

Pengarang: 
Teungku Chik Pante Kulu dalam Hikayat Prang Sabi
Sumber: fb Qonitatillah Mohd Rofii

Istilah: kompeni = pihak penjajah Belanda.

No comments: