Thursday, June 27, 2013

Pacaran itu haram

Mungkin banyak yang tidak setuju dengan judul artikel yang saya buat, tapi sebenarnya kita sebagai umat muslim tahu akan hukumnya bagi orang yang pacaran adalah HARAM. Jangankan pacaran,bersentuhan kulit dengan lawan jenis yang bukan muhrim saja hukumnya sudah HARAM. tapi mengapa kita sebagai umat muslim seolah-olah tidak tahu bahwa pacaran itu haram? Belakangan ini aku kecewa dengan seorang ikhwan karena dia berpacaran. Dia tahu kalau hukum pacaran itu haram, tapi setelah kutegur lewat facebook dia tetap tidak mau memutuskan pacarnya. Begitulah orang pacaran, memang susah banget dipisahin. Bagaimana sih kalau udah mabuk asmara? Serasa dunia sudah milik berdua dan serasa sudah menjadi orang paling bahagia sedunia. Naudzubillah… Disini aku akan mengupas tentang pacaran, tidak ada salahnya kan menegur sesama muslim? Bukankah Allah telah berfirman, “Dan tetaplah memberi peringatan karena peringatan itu bermanfaat.” (Adz-Dzariyat ayat 55). Ya udah, langsung saja deh. Pacaran Itu Hukumnya HARAM Kita sebagai umat muslim sudah tahu kalau pacaran itu hukumnya haram. Bahkan, sebatas bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahram pun hukumnya adalah haram. Tidak ada manfaat dari pacaran, malah banyak banget mudhorotnya. Seperti mengganggu pelajaran, membuang-buang waktu, membuang-buang uang, rentan hamil di luar nikah dan sebagainya. Pacaran itu hukumnya haram walau kamu berdalih pacaran jarak jauh sehingga tidak mungkin kontak fisik dan sebagainya. Walau kamu mencari-cari dalil yang bisa menghalalkan pacaran dan sebagainya. Sebagaimana ayat Al-Qur’an yang berbunyi: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Isra ayat 32). Di ayat ini tertulis bahwa janganlah kita mendekati zina. Jangan mendekati zina itu berarti jangan pacaran, karena zina (baca: seks bebas) pasti dimulai dari pacaran. Pacaran itu kan identik dengan pegang-pegangan tangan, pelukan, bahkan ciuman dan ujung-ujungnya bisa jadi hamil di luar nikah… Iiih, naudzubillah… Zina itu sendiri terdiri atas beberapa jenis. Zina mata, zina tangan, zina kaki, zina telinga, zina mulut, zina hidung, zina kemaluan, dan zina hati. Jadi walaupun pacaran jarak jauh, yakin bisa menjaga hati? Atau mungkin sebatas telepon. Suara wanita itukan hukumnya adalah aurat jika didengar oleh yang bukan mahram. Tidak mungkin kan, di telepon kamu tidak mendengar suaranya. Dalil-Dalil Tentang Haramnya Pacaran Berikut adalah dalil-dalil tentang haramnya berpacaran dari Al-Qur’an dan As-sunah: 1. Rasulullah SAW bersabda, “Kebanyakan yang menyebabkan seseorang masuk neraka adalah faraj (kemaluan).” 2. Dari Ma’qil bin Yasar bin Nabi SAW, beliau bersabda, “Sesungguhnya ditusuknya kepala salah seorang dari kamu dengan jarum besi itu jauh lebih baik daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani dan Baihaqi). 3. Dari Asy-Syabi bahwa Nabi saw. ketika membai’at kaum wanita beliau membawa kain selimut bergaris dari Qatar lalu beliau meletakkannya di atas tangan beliau, seraya berkata, “Aku tidak berjabat (baca: menyentuh) tangan dengan wanita.” (HR Abu Daud dalam al-Marassi). 4. Hadits yang lain berbunyi, “Tidak halal darah seorang muslim, kecuali tiga orang, yaitu laki-laki yang berzina, orang yang membunuh jiwa, dan orang yang meninggalkan agamanya.” 5. Sa’ad bin Ubadah berkata, “Seandainya aku melihat seorang laki-laki berzina dengan istriku, maka akan aku penggal leher laki-laki itu dengan pedang” Perkataan Sa’ad itu sampai ke telinga Rasulullah SAW, dan beliau berkata, “Apa kalian heran dengan kecemburuan Sa’ad? Sesungguhnya aku lebih cemburu daripada Sa’ad dan Allah lebih cemburu daripada aku. Oleh karena itu, Allah mengharamkan kekejian-kekejian yang tampak dan yang tersembunyi.” 6. “Sesungguhnya Allah cemburu (tersinggung) dan seorang mukmin harus cemburu. Ketersinggungan Allah adalah ketika hamba-Nya melakukan apa yang dilarang Allah.” (HR. Bukhari Muslim) 7. Dalam hadits lain ketika beliau berkhotbah sholat gerhana matahari, beliau bersabda: “Wahai umat Muhammad, tidak ada yang lebih tersinggung (ghirah) melebihi Allah ketika ketika seorang hamba laki-laki dan perempuan berzina. Hai umat Muhammad, seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan banyak menangis dan sedikit tertawa.” 8. Dan sebagaimana disebutkan oleh Anas bin Malik, “Akan aku beritahu berita yang tidak akan diberitakan oleh seorangpun sesudahku. Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, Termasuk tanda-tanda kiamat adalah diangkatnya ilmu dan menyebarnya kebodohan, maraknya minuman khamar, dan perzinaan…” 9. “Katakanlah (Muhammad) kepada laki-laki yang beriman, ‘hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’ Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman, ‘hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka…” (An-Nur ayat 30-31) 10. “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang pandangan tiba-tiba (tanpa sengaja), maka beliau memerintahkan aku untuk memalingkan pandanganku.” (HR Muslim no. 5609) 11. Dan juga sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah menetapkan atas anak Adam bagiannya dari zina-zina. Maka zinanya mata dengan memandang (yang haram), zinanya lisan dengan berbicara. Sementara jiwa itu berangan-angan dan berkeinginan, sedangkan kemaluan yang membenarkan semua itu atau mendustakannya.” (HR Al-Bukhori no 6243 dan Muslim no. 2657) 12. “Dia mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disembunyikan dalam dada.” (Ghafir ayat 19) 13. Ibnu Abbas r.a. berkata, “ayat ini terkait dengan seorang laki-laki yang duduk pada suatu kaum. Lalu lewatlah seorang wanita. Namun bila teman-temannya melihat dirinya, dia menundukkan pandangannya. Sungguh Allah SWT mengetahui keinginan dirinya. Ia ingin andai dapat melihat aurat si wanita.” (Al Jami’li Ahkamil Qur’an, 15/198) 14. Dan masih banyak lagi. Perbedaan Pacaran dengan Ta’aruf Kalian mungkin bertanya-tanya, bukankah pacaran adalah ajang mengenal satu sama lain? Bagaimana bisa menikah kalau tidak pacaran dulu? Aku bilang bisa dengan cara Islam. Islam mengajarkan kepada calon suami istri untuk saling mengenal terlebih dahulu yang disebut ta’aruf. Tentu saja ta’aruf lebih sopan dan lebih terarah karena calon suami istri dikenalkan oleh keluarga masing-masing. Secara logika saja, kalau pacaran kan, fulanah selalu mencoba untuk menutup kejelekan dirinya dari si fulan dan memperlihatkan sisi baiknya saja, begitu juga si fulan kepada si fulanah. Kalau ta’aruf, mulai dari kebaikan sampai kejelekan setiap pasangan pasti disebut oleh keluarga, jadi setelah menikah tidak ada penyesalan apapun. Aku juga berani bilang, kalau pernikahan yang dimulai dari ta’aruf lebih bertahan lama daripada yang dimulai dengan pacaran. Kenapa? Berikut perbedaan pacaran dengan ta’aruf. 1. Seperti yang aku tulis barusan, dari ta’aruf kita bisa menerima kekurangan diri pasangan kita mengingat diri kita yang juga punya banyak kekurangan. Tidak seperti pacaran dimana setiap pasangan berusaha untuk menutup-nutupi kekurangan dirinya dan tampil sebaik mungkin di depan kekasihnya. 2. Kalau pacaran berarti manis-manisnya sudah dihabiskan di awal, setelah menikah tinggal sepahnya doang. Kalau ta’aruf, manis-manisnya tentu saja dinikmati setelah menjadi halal. Kitapun merasa disayang oleh Allah SWT karena tidak ada keresahan sedikitpun. 3. Orang yang berta’aruf biasanya terbimbing dan ter-tarbiyah. Senantiasa menegakkan syariat Allah dan al-Millah. Mereka biasanya adalah orang-orang yang tahu hukum agama kalau bercerai adalah hal yang sangat Allah benci. Berbeda dengan masyarakat awam kebanyakan yang menyelesaikan masalah dengan bercerai. Contohnya gosip perceraian artis yang menjamur di infotainment. Mereka pasti memulai pernikahan dengan pacaran, kan? Orang yang memulai pernikahan dengan berpacaran biasanya (aku tidak bilang seluruhnya)adalah orang yang tidak mengenal hukum agama. Mereka biasa pergi berduaan, ikhtilat, berpegangan tangan, berpelukan, dan berciuman. Tidak ada jaminan si cewek tidak akan hamil di luar nikah lalu aborsi karena cowoknya tidak mau bertanggung jawab. Cinta Menurut Agama Islam Sebagian orang mengira kalau Islam tidak menempatkan cinta pada tempat yang proporsional dan tidak tahu apa cinta itu. Padahal, pada hakikatnya perkiraan orang-orang itu merupakan cermin kebodohan. Tentu saja jauh berbeda cinta menurut masyarakat awam dan cinta menurut agama Islam. Cinta menurut masyarakat awam tidak lain adalah cinta kepada lawan jenis, cinta nafsu syahwat, cintanya shakespeare, dan cinta seperti yang disenandungkan lagu band-band di Indonesia. Tidak perlu dijelaskan, teman-teman pasti sudah tahu. Sementara, cinta menurut agama Islam adalah cinta yang paling mulia karena ditempatkan di tempat yang tertinggi. Terjaga dari hal yang tidak-tidak. Itulah cintanya onta betina yang menyusui anaknya, cintanya bayi menyedot air susu ibunya, cintanya burung yang membuat sarang untuk anak-anaknya, cintanya para syuhada yang mengorbankan darahnya di medan perang. Mereka rela jiwa mereka lebur dalam kilatan pedang, punggung mereka jauh dari tempat tidur, bahkan mereka rela menafkahkan seluruh harta mereka demi mencari keridhaan Dzat yang Maha Cinta. Dr. A’id Al-Qarny menuliskannya dalam buku beliau, Korban-Korban Cinta kalau cinta itu ada dua macam, cinta duniawi dan cinta ilahiyah. 1. Cinta duniawi bernuansa kehidupan dunia, berbau tanah dan berada pada tataran yang rendah. Ini merupakan cinta murahan dan senda gurau. 2. Cinta ilahiyah, cinta yang bernuansa langit. Berada pada tataran yang tinggi dan merupakan cermin dari ketaatan dan ibadah. Imru’ul-Qais jatuh cinta kepada seorang gadis bernama Laila. Abu Jahal mencintai Uzza dan Manat. Qarun Mencintai Emas. Abu Lahab mencintai kedudukan. Mereka semua bangkrut (baca: masuk neraka), karena mereka semua telah melakukan kesalahan yang sangat fatal. Adapun cinta Bilal bin Rabah adalah cinta kepada kebajikan. Ketika dia dibaringkan di atas pasir yang panas di bawah terik sinar matahari, tubuhnya tertindih sebuah batu besar, dia berseru kepada Penguasa bumi dan langit, “Ahad, Ahad.” Karena di dalam hatinya ada iman yang teguh seteguh gunung Uhud. Renungan Ada sebuah cerita dimana terdapat seorang wanita yang sangat mencintai suaminya. Saking cintanya kepada suaminya, wanita tersebut rela menggantikan suaminya bekerja siang malam. Sementara sang suami hanya menunggu di rumah yang rumah itu merupakan milik sang istri. Suatu hari ketika wanita itu baru saja pulang kerja, sang istri melihat sang suami sedang menari telanjang dengan wanita lain di atas kasur kamar mereka. Keduanya mabuk. Tapi apa yang dilakukan sang istri? Dia tetap memaafkan suaminya saking mencintai suaminya itu. Bagaimana kalau aku bilang sang suami itu adalah kita? Bagaimana mungkin kita lebih mencintai manusia dibandingkan Allah? Padahal apapun nikmat yang kita rengkuh semua berasal darinya. Pikirkan deh, mulai dari tangan kita, kaki kita, mata kita, hidung kita, dan seluruh tubuh kita adalah bukan milik kita melainkan milik Allah tapi malah kita gunakan untuk bermaksiat kepada-Nya. Tapi Allah Maha Pengampun sebanyak apapun dosa yang berlumuran dalam diri. Allahu Akbar… Akhir yang Merupakan Awal Bismillah… ini bukanlah penutup melainkan awal dari lembaran barumu, akhi/ukhti. Aku tahu, memang berat putus dengan si dia, jika tidak berat maka tidak mungkin cowok yang mengaku ikhwan itu terus bertahan dengan pacarnya. Tapi percaya deh, azab Allah jauh lebih berat lagi. Toh, jika akhirnya memang jodoh akan bersatu juga, kan? Atau kalau memang bukan jodoh, yakinlah jika jodoh yang Allah tentukan adalah jodoh yang terbaik untuk kita dan senantiasalah berdo’a agar kita bisa mencintai orang yang kita nikahi. Hanya kepada Allahlah kami memohon, agar menjadikan kami termasuk orang-orang yang dicintai-Nya dan termasuk syuhada’ di jalan-Nya. Berbagai alasan sering digunakan untuk menghalalkan hukumnya pacaran, dengan dalih supaya bisa mengenal satu sama lain, untuk mengenal sifat pasangan kita dan masih banyak lagi alasan-alasan lain yang digunakan untuk menghalalkan hukumnya pacaran. padahal kita tahu seberapa lamapun kita pacaran,kita tidak akan tahu sifat asli dari pasangan kita. pada waktu pacaran kita selalu berusaha menunjukan sifat baik kita dan selalu berusaha menutupi sifat jelek kita. tidak ada mamfaatnya dalam pacaran,justru sebaliknya banyak kemaksitan dalam pacaran, seperti hamil diluar nikah, aborsi anak, seks bebas yang bisa menimbulkan penyakit AIDS, dan masih banyak lagi kejelekan yang akan kita alami jika kita pacaran. Hukum adalah hukum, hukum dibuat untuk dipatuhi bukan untuk dilanggar. Intinya adalah YANG HARAM TETAP HARAM, YANG HALAL TETAP HALAL. Ingatlah akan kehidupan akherat. kita hidup di dunia hanyalah sesaat, kehidupan yang sebenarnya adalah kehidupan akherat yang kekal abadi. kita hidup di dunia untuk kehidupan di akherat. Tidak ada satu manusia di dunia ini yang ingin masuk neraka,kita semua ingin masuk surga. kalau kita ingin masuk surga maka kita harus berpegang teguh hanya kepada SUNAH ROSUL DAN ALQURAN. Karena siksa neraka dan nikmat surga adalah kekal abadi.MINTALAH PERTOLONGAN ALLOH agar kita tidak termasuk golongan orang-orang yang tersesat, karena tampa pertolongan allah niscaya semua umat manusia akan tersesat. TIDAK ADA JAMINAN DENGAN PACARAN KITA BISA MEMAHAMI PASANGAN KITA. Memang asal hukum muamalah adalah segala sesuatu adalah boleh sampai ada keterangan (dalil) yang memalingkannya ke hukum selainnya. Lalu bagaimana dengan pacaran…? Kalau saya maka pacaran itu adalah Haram. Lho kok, kan gak ada larangan dalam Al Qur’an maupun Hadits yang melarang pacaran………Ketahuilah sesungguhnya agama ini menghalalkan yang baik-baik dan mengharamkan yang buruk, dan pacaran itu termasuk yang buruk…!.Gak bisa Mas kan gak ada yang disakiti, gak ada yang dirugikan, kan dilakukan dengan suka sama suka tanpa paksaan. Benar, tapi tunggu dulu begini detilnya……. : Islam mengharamkan ikhtilat (free-mixing), bagi Anda yang belum tau ikhtilat, maka ketahuilah ikhtilat adalah campur baurnya antara laki-laki dan perempuan dalam satu tempat tanpa mahrom, dan orang yang pacaran tidak akan terlepas dari berdua-duaan selama pacaran, malam minggu keluar bareng, nonton, ke kafe, atau kemana saja berduaan…….ketahuilah jika hanya cuman berdua, maka yang ketiga adalah setan…! serem kan……. Islam juga memerintahkan untuk menundukkan pandangan kepada lain jenis sebagaimana pada hadits Fadhl bin Abbas. Orang yang pacaran pasti akan sering dan sangat sering sekali untuk saling pandang memandang sambil mengucapkan kata-kata aku sayang kamu, aku cinta kamu atau hanya sekedar berlezat-lezat dengan pandangan matanya………ini jelas haramnya bukan………………….. Islam juga mengharamkan menyentuh wanita yang bukan mahromnya, sebagaimana dalam hadits bahwa Nabi bersabda bahwa “kepala salah seorang kalian ditusuk dengan besi jauh lebih ringan daripada kalian menyentuh wanita yang bukan mahrom kalian” dalam hadits lain diterangkan bahwa Nabi tidak pernah menyentuh tangan wanita yang bukan mahromnya, bahkan dalam baiat beliau tidak menyentuh tangan wanita. Nah orang pacaran tidak akan bisa terlepas dari yang namanya bersentuhan ini, entah cuman menggandeng tangan, merangkul baik pundak maupun pinggang, atau bahkan mencium bibir atau mengecup pipi wanita yang bukan mahromnya, wanita yang belum halal baginya….naudzubillah…….nah dari sini jelas haramnya bukan………………….. Islam juga memerintahkan untuk menjauhi fitnah, bukankan setiap kali sholat sebelum salam kita dianjurkan untuk berdoa berlindung dari fitnah….? Bukankah Rosululloh bersabda dalam haditsnya bahwa fitnah itu seperti potongan malam yang kelam, pokoknya fitnah itu bahaya deh……..asli gak bohong………Trus apa kaitannya dengan pacar memacari ini…? Dalam hadits Rosululloh bersabda “..tidaklah aku tinggalkan setelahku fitnah yang mana fitnah itu lebih berbahaya bagi laki-laki melainkan fitnah wanita……”, karena itulah wahai para pemuda sekiranya kalian sudah dikaruniai kemampuan maka menikahlah karena itu akan lebih menjaga pandangan dan memelihara kemaluan, dengan menikah maka semakin sempurnalah agama kalian, dan terkendali syahwat kalian……….jika kalian belum mampu maka puasalah, karena puasa itu perisai yang dapat melindunginya dari api neraka, dan bertaqwalah kepada Alloh sesungguhnya Alloh Maha Keras Siksanya. Sisi lain nya, betapa seringnya orang pacaran berbohong kepada pasangannya entah bohong yang bercanda untuk membuat gembira atau menarik hati pasangannya , atau berbohong yang lain yang jelas-jelas keduanya haram hukumnya. Betapa sering orang pacaran mengahambur-hamburkan harta,waktu, dan tenaga, untuk nonton, jalan bareng, beli ini dan itu. Padahal di lain sisi, masih ribuan kitab para ulama yang belum dia baca, kedua orang tua masih belum dia berbakti, amalan wajib dan sunnah masih banyak yang terlewatkan, belajar agama belum pernah terpikirkan…..aduhai semoga Alloh menjadikan kita semua orang-orang yang pandai memanfaatkan waktu untuk hal yang bermanfaat dunia dan akhirat. Jika memang Anda masih tetep kekeuh pacaran, maka silahkan pacaran tanpa terkena hal-hal di atas. Bisa kah….? Gak mungkin bos…….bermain api tapi tidak hangus, bermain air tapi tidak basah, jauh panggang dari api………takutlah kepada Alloh, semoga Alloh melindungi kita semua dan memberikan petunjuk dan hidayahNya kepada kita untuk selalu berjalan di atas jalan yang lurus. Sebagai solusi, bagi Anda yang sudah mempunyai kemampuan dan keinginan akan sangat lebih baik untuk menikah. Percaya deh dengan menikah maka semua hal yang biasa dilakukan orang pacaran kini bebas Anda kerjakan tanpa ada larangan, bahkan lebih jauh dari itu Anda boleh melakukan yang lebih jauh dari itu….asyik kan….tanpa harus malu, canggung, atau takut ketahuan orang lain (aneh takut orang tapi tak takut kepada Alloh, aneh sekali…..) Anda akan mempunyai orang yang meperhatikan Anda, merawat Anda ketika sakit, menemani Anda ketika kesepian, menghibur Anda ketika sedih, memberi support dan dukungan kepada Anda, sebagai tempat untuk condong sehingga hati merasa tenteram kepadanya…….asyik kan…….(jadi pingin nih….., semoga yang belum nikah segera dikarunia isteri atau suami) suerr deh hal kayak gituan gak ada pada pacar, pacar mah mau enaknya aja kalau dah bosan ditinggal, ada yang lebih cantik ya ganti lah, gak cocok dikit putus. Nikah..? itu baru cinta sejati, rizqi bertambah, hati tentram, nafsu dan syahwat terkendalikan, jauh dari fitnah, dan tentunya berpahala, benar bahkan melakukan hubungan suami istri saja berpahala, lho kok bisa seorang melampiaskan syahwat nya pada istrinya kok berpahala..coba Anda pikir bagaimana jika dia melampiaskan syahwat nya kepada selain istrinya, apakah dia berdosa..?……..Ya tentu, …….Nah kalau begitu dia akan mendapatkan pahala bila dia melampiaskan syahwatnya pada tempat yang dibenarkan dan diperintahkan agama……enak kan…………..?…..Jadi tunggu apa lagi…….buruan nikah……….!!! dari fb KSI Ad-Dzikkro

Monday, June 24, 2013

BAHAYA AJINOMOTO

Assalamu 'alaikum dan selamat tengahari:) Selalu kita dengar ibu atau isteri mengarahkan kita supaya menambah sedikit ajinomoto untuk kasi lazat lagi itu masakan. Itupun kalau para bapa yang disuruh oleh isteri untuk masak. Jikalau isteri yang masak, pernahkah kita cakap “kasi tambah sikit tu ajinomoto supaya sedap sayang!” Demikianlah pendahuluan kepentingan ajinomoto atau Mono Sodium Gulamate (MSG) dalam memujuk hati segenap surirumah supaya melazatkan lagi makanan mereka. Sebagaimana pentingnya bawang, lada dan garam, begitu jugalah peranan MSG yang dianggap nadi penyedap kepada masakan. Oleh itu tidak hairanlah jika hampir semua rumah di Malaysia pasti memiliki sekurang-kurangnya sebotol penambah perisa tersebut sebagai ‘teman’ setia di dapur. Tetapi adakah kita sedar, bahawa pelbagai kajian saintifik yang dijalankan oleh pakar seluruh dunia mendapati bahawa MSG memberi impak negatif kepada kesihatan manusia? Tahukah kita bahawa penggunaan MSG pernah dikritik hebat oleh Persatuan Barah Kebangsaan Jepun, negara kelahirannya sendiri? Buktinya pada 25 Oktober 1983, Dr. Shozo Takayama dari institusi tersebut telah menjalankan kajian ke atas 84 ekor tikus yang diberi dua jenis MSG. Selepas 16 bulan, keputusannya menunjukkan tikus-tikus berkenaan telah mengalami tanda-tanda tumor (ketumbuhan) pada paru-paru, usus kecil dan besar, bawah kulit, perut dan otak. Demikian juga hasil kajian Dr. John W. Olney dari University Washington pada awal tahun 1968, yang menunjukkan bahawa MSG mampu menjejaskan otak dan urat saraf. Fakta ini terbukti dengan sendirinya apabila pada tahun yang sama, muncul sejenis penyakit yang digelar “Sindrom Restoran Cina” (Chinese Restaurant Syndrome). Ia ditemui oleh Dr. RHM Kwok dari Amerika Syarikat yang mengkaji pelanggan-pelanggan di sebuah restoran makanan cina yang mengalami rasa kebas di tengkuk, menurun ke bahagian lengan dan belakang, lemah-lemah anggota dan denyutan koronari yang berlaku setiap 15 hingga 20 minit. Semua symptom ini dialami selepas menjamah hidangan cina, dan puncanya adalah akibat penggunaan MSG yang tinggi. Kajian ini disokong lagi oleh Dr. Baker dan Allen dari hospital Royal North Shore, Sydney, apabila dua pesakitnya diserang asma kronik selama 12 jam sesudah menikmati masakan cina. Selain itu, kesan MSG turut terlihat pada kanak-kanak. Penggunaan secara berleluasa dalam makanan ringan dan makanan bayi menyebabkan anak-anak turut terdedah kepada bahaya ini. Menurut Dr. Olney lagi, proses penyerangan secara halus MSG terhadap otak bayi yang normal mungkin tidak dapat dikesan, namun ia tetap mendatangkan kesan buruk apabila bayi tersebut mencapai tahap kematangan. Tambahan pula, kesan ini turut membantutkan kebolehan anak menerima pelajaran. Inisiatif terbaik untuk menangani masalah ini adalah dengan mengelakkan penggunaan MSG, dan menggantikannya dengan bahan perasa asli. Surirumah dan peniaga tidak perlu bimbang tentang kualiti rasa makanan, kerana kebanyakkan masakan tempatan sudah sememangnya kaya dengan ‘rasa tersendiri’ dari penggunaan pelbagai jenis herba dan rempah-ratus. Sumber: fb Radiglow Skinfiniti'CS

Thursday, June 20, 2013

Mencari ‘Sokongan Sejarah’ Terhadap Kesudahan Sunni–Syiah

Mencari ‘Sokongan Sejarah’ Terhadap Kesudahan Sunni–Syiah Taburan Muslim Sunni dan Syiah di Seluruh Dunia – sumber: Wikipedia Adalah sukar untuk dicari kesepakatan terhadap penentuan tarikh mula munculnya gerakan Syiah. Ia berpunca daripada perbezaan pandangan pelbagai pihak di dalam menentukan pengasas atau pencetus kepada gerakan itu sendiri. Kontroversi yang membabitkan Syiah terus diperbaharui zaman berzaman dan ia berlanjutan hingga kepada era pasca Revolusi Iran yang menjadi suatu lagi batu tanda di sepanjang lebuh perjalanan sejarah Syiah. Apakah sebenarnya status hubungan masyarakat dunia dengan Syiah? Persoalan ini tidak hanya membabitkan keperluan semasa, malah penting untuk menjadi asas kepada ramalan terhadap masa depan tamadun insan, khususnya di persekitaran Timur Tengah sebagai ‘pusat dunia’. Justeru itu, wajarlah persoalan ini digarap dengan bekalan sejarah kerana di situlah akan terserlah skrip sebenar kepada realiti pertembungan di antara Syiah dan Ahli Sunnah wa al-Jamaah. ERA ABDULLAH BIN SABA’ Abdullah bin Saba’ atau juga dikenali sebagai Ibn Sawda’ adalah seorang Yahudi dari San’a di Yaman yang telah menzahirkan keislamannya di zaman Uthman bin Affan RA. Beliau adalah watak yang paling utama memainkan peranan menimbulkan kehuru-haraan di Madinah, Iraq, Syam dan Mesir secara khusus. Dakyah yang berlaku di dalam bentuk penyebaran pendapat siasah bahkan aqidah yang menyimpang, telah mencetuskan fitnah yang membawa kepada pembunuhan Saidina Uthman RA pada 18 Dzulhijjah 35H. Ibn Sawda’ telah menyebarkan pelbagai idea yang kontroversi di kalangan umat Islam khususnya yang berkaitan dengan penyelewengan-penyelewengan yang dinisbahkan kepada Uthman bin Affan. Gerakannya telah mencetuskan pemberontakan di empat penjuru tanah air umat Islam. Beliau juga telah mempopularkan idea kelayakan Saidina Ali RA sebagai pengisi jawatan Khalifah selepas kewafatan Rasulullah SAW dengan apa yang diistilahkan sebagai wasiat Rasulullah SAW. Abdullah bin Saba’ juga menjadi orang pertama yang secara terang-terangan mencela Abu Bakr, Umar, Uthman dan sekalian sahabat. Hal ini diakui sendiri oleh ilmuan Syiah seperti Saad bin Abdullah al-Qummi di dalam al-Maqalaat wa al-Firaq. Tidak terhenti setakat itu, kepercayaan karut tentang kebangkitan semula Rasulullah SAW dan pelbagai fahaman yang kemudiannya menjadi usul teras golongan Syiah, telah dipelopori oleh Abdullah bin Saba’. Inilah puncanya mengapa ramai pihak yang sudah tidak lagi mampu untuk menyembunyikan kecelaan sejarah Abdullah bin Saba’, cuba untuk menanamkan prasangka bahawa beliau tidak wujud secara pasti di dalam sejarah. Idea yang tidak berasas ini didokong oleh sekumpulan Orientalis dan pengkaji Arab serta ramai dari kalangan Syiah semasa [Dr. Muhammad Amahzun, Tahqiq Mawaqif as-Sahabah fi al-Fitnah min Riwaayaat al-Imam at-Thabari wa al-Muhadditheen, Maktabah al-Kauthar, Riyadh, 1994]. Hal ini mustahil dapat diterima akal kerana penyebutan kisah Abdullah bin Saba’ bukan hanya terdapat di dalam satu atau dua karangan ilmuan Ahli Sunnah wa al-Jamaah seperti Tarikh al-Imam at-Thabari malah ia turut disebut secara meluas di dalam sejumlah besar tulisan ulama pelbagai zaman, sama ada oleh Ahli Sunnah mahu pun Syiah sendiri. Tegasnya, Abdullah bin Saba’ adalah merupakan pelopor dan pengasas kepada timbulnya krisis di antara pengikut ajaran Islam sebenar dengan kumpulan Syiah yang berlarutan hingga ke hari ini. Kerugian yang menimpa umat Islam di dalam Peperangan Jamal dan Siffin, pembunuhan Ali RA, anakandanya Husain RA dan pelbagai lagi siri perang dalaman yang tercetus semenjak kematian Uthman bin Affan RA, adalah hasil suntikan fitnah yang dimulakan oleh seorang penjenayah bernama Abdullah bin Saba’. ERA KHILAFAH BANI UMAYYAH Muawiyah bin Abi Sufyan RA telah mengambil alih kepimpinan Islam selepas pembunuhan Ali RA dan berundurnya Hasan RA dari memangku jawatan yang ditinggalkan oleh ayahandanya. Kesatuan umat Islam telah dapat dihasilkan, namun kewujudan kelompok yang mendukung idea Ibn Saba’ terus wujud dan sentiasa menjadi api di dalam sekam. Sikap keras lagi tegas Muawiyah dan para Khalifah Bani Umayyah terhadap golongan Syiah ini menjadikan mereka terpinggir dari arus perdana untuk beberapa ketika. Analisa terhadap punca yang membawa kepada kejatuhan pemerintahan Bani Umayyah memperlihatkan sekurang-kurang empat kelompok musuh. Mereka adalah penduduk Arab berketurunan Yaman yang tinggal di Khurasan, golongan Mawali (bukan Arab) yang juga berpusat di sekitar Khurasan, kelompok Syiah yang sentiasa berdendam dengan Bani Umayyah, dan golongan keempat adalah terdiri daripada mereka yang menzahirkan diri sebagai Muslim tetapi masih berdendam terhadap Islam serta terus berpegang dengan fahaman pra Islam seperti Rawandiyyah dan sebagainya. Namun, penglibatan Syiah di dalam propaganda Revolusi Abbasiyyah adalah faktor terpenting ke arah tumbangnya Khilafah Bani Umayyah. Muhammad bin Ali telah mewarisi gerakan Revolusi Abbasiyyah yang diasaskan oleh Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abd al-Muttalib. Muhammad bin Ali menyokong perjuangan Abu Hasyim bin Muhammad bin Ali al-Hanafiah yang merupakan seorang Imam Syiah. Ketika Abu Hasyim di ambang kematiannya, beliau telah mewasiatkan supaya Muhammad bin Ali mengambil alih tempatnya sebagai Imam dan semenjak itulah beliau mengepalai gerakan Hasyimiah atau Abbasiyyah. Selepas kematian Imam Muhammad bin Ali pada tahun 125H, berlaku peralihan kepimpinan Revolusi Abbasiyyah hinggalah ke tangan Abu Muslim al-Khurasani yang melancarkan Revolusi Abbasiyyah secara terbuka. Pada masa itu nama Imam Ibrahim yang menggantikan tempat ayahandanya Imam Muhammad bin Ali masih dirahsiakan. Apabila rahsia ini terdedah, Imam Ibrahim telah ditangkap dan dibunuh di Harran (132H) dan beliau telah mewasiatkan supaya saudaranya Abu al-Abbas as-Saffah menggantikan tempatnya sebagai Imam. Walaupun mendapat tentangan daripada Abu Salamah al-Khallal, akhirnya calon yang disokong oleh keluarga Abbas dan Syiah iaitu Abu al-Abbas as-Saffah telah terpilih. Berhasillah kehendak Syiah di masa itu dan akhirnya kepimpinan ummah beralih daripada Bani Umayyah kepada Abu al-Abbas as-Saffah yang mengasaskan Kerajaan Abbasiyyah (132H. ERA KERAJAAN ABBASIYYAH Walaupun kerajaan Abbasiyyah itu tertegak atas kehendak dan maslahah golongan Syiah, mereka masih mengekalkan sikap oportunis dan hanya berpihak kepada kuasa yang boleh memenuhi kemahuan mereka semata-mata. Perpecahan yang serius di antara bangsa-bangsa Muslim mengundang kelemahan yang membunuh kerajaan Abbasiyyah. Namun, kemunculan Hulagu, cucu kepada Genghiz Khan ke Baghdad adalah peristiwa yang paling bersejarah. Di zaman Bani Buwaih, mazhab Khilafah Abbasiyyah adalah Syiah. Namun selepas berpindah kepada Seljuk, mazhab kerajaan kembali kepada Sunni. Akan tetapi, para khalifah di era penghabisan kerajaan Abbasiyyah masih terus percaya kepada tokoh-tokoh Syiah, seperti Mu’ayyid ad-Deen bin al-Alqami. Atas perbalahan yang berlaku di antara Sunni dan Syiah, Mu’ayyid telah menjemput Hulagu mengisi cita-citanya menawan Baghdad. Beliau yang sepatutnya menjalankan tugas mewakili Khalifah untuk berbincang dengan Hulagu, telah berpaling tadah dan seterusnya membuka laluan kepada Hulagu menyerang Baghdad hingga ke akar umbi pada tahun 656H. Ibn Kathir meriwayatkan bahawa, 1,800,000 penduduk Baghdad telah terbunuh di tangan Hulagu dan tenteranya. Suatu insiden yang hitam di dalam sejarah kemanusiaan. ERA PRA FATIMIYYAH DAN AYYUBIYYAH Kerajaan Fatimiyyah yang bermazhab Syiah merupakan kerajaan kecil pertama yang mengisytiharkan ketuanya sebagai Khalifah yang bebas merdeka daripada pemerintahan Abbasiyyah. Walaupun kerajaan Fatimiyyah mempunyai sumbangannya yang banyak terutamanya kepada aspek pembangunan tamadun material Islam, namun era tersebutlah yang menyaksikan berleluasanya penyebaran fahaman dan amalan syiah yang khurafat, sehinggalah ia ditamatkan dengan kejayaan Salahuddin al-Ayyubi memimpin Mesir dan membawanya kembali kepada mazhab Sunni di bawah kepimpinan Kerajaan Abbasiyyah (567H). ERA OTHMANIYYAH Selepas kejatuhan Baghdad pada tahun 656H/1258M, kepimpinan umat Islam telah diambil alih oleh Khilafah Turki Othmaniyyah yang diasaskan pada tahun 1299M. Ketika pemerintahan Othmaniyyah berada di kemuncak kegemilangan mereka, wilayah Parsi telah menyaksikan kemunculan kerajaan Syiah Safavid yang diasaskan oleh Shah Ismail I pada tahun 1500. Buat kali pertamanya, tanah air Parsi telah diisytiharkan secara rasmi menganut fahaman Syiah sebagai mazhab rasmi. Sejarah telah memperlihatkan sekali lagi sikap Syiah yang sentiasa memusuhi Ahli Sunnah. Kerajaan Safavid telah melancarkan propaganda menghasut penduduk wilayah Othmaniyyah di timur supaya bangkit memberontak. Malah mereka juga bekerjasama dengan Hapsburgs dari Austria untuk menentang Kerajaan Othmaniyyah. Dalam pada itu, Mesir yang ditadbir oleh kerajaan kecil Mamluki yang mengambil alih pemerintahan dari Ayyubiyyin, turut bekerjasama dengan Safavid menentang Othmaniyyah. Sesungguhnya krisis ratusan tahun di antara Safavid Syiah di Iran terhadap Kerajaan Othmaniyyah telah banyak memberikan implikasi negatif kepada perkembangan kuasa Othmaniyyah yang mewakili Ahli Sunnah itu. Sultan Abdul Hamid II (Khalifah Daulah Othmaniyyah 1876 – 1908) pernah berkata, “Sesungguhnya permusuhan di antara Kerajaan Safavid (Syiah) dan Othmaniyyah (Sunni) tidaklah untuk kepentingan umat Islam bahkan untuk kemaslahatan kufur dan kaumnya”. ERA PASCA OTHMANIYYAH Di ambang kejatuhan kerajaan Othmaniyyah, perjuangan Imam Syamil di Daghistan menentang Russia turut menghadapi konspirasi golongan Syiah yang sentiasa menjadi gunting di dalam lipatan. Mereka akan sentiasa berpihak kepada kuasa yang dirasakan boleh menang dan menjamin kepentingan Syiah. Hal ini menjadi lebih kronik selepas perjanjian Sykes-Picot ditandatangani pada 16 Mei 1916. Tanah air umat Islam yang dirampas dari Khilafah Othmaniyyah telah di’faraidh’kan oleh Britain dan Perancis mengikut kehendak mereka. Peta-peta sempadan negara baru dilukis dengan mengambil kira strategi yang diyakini boleh mengekalkan kelemahan umat Islam. Bangsa Kurdi sinonim dengan Salahuddin al-Ayyubi berserta rekod bersih mereka terus setia bersama kerajaan Othmaniyyah, telah ditempatkan sebagai kaum minoriti di semua negara. Sykes-Picot telah melukis peta secara bengkang bengkok supaya bangsa Kurdi menjadi kaum minoriti di Turki, Syria, Iraq, Iran dan Armenia. Ini akan melemahkan mereka dan membolehkan pengaruh mereka dibunuh. Malah sejumlah besar penganut Syiah menjadi penduduk Iraq yang Sunni dan begitu juga, Ahli Sunnah menjadi warga Iran yang didominasi oleh Syiah. Semuanya bertujuan untuk melemahkan umat Islam sedunia. Namun Syiah terus berkembang dengan sikap pragmatik mereka, turut memainkan peranan yang penting sehingga tercetusnya peperangan Pakistan Barat dan Pakistan Timur pada tahun 1971. ERA REVOLUSI IRAN Tahun 1978 / 1979 telah menyaksikan kebangkitan besar-besaran pengaruh Syiah di bawah kepimpinan Ayatullah Khomeini menjatuhkan kepimpinan diktator Shah Iran, Muhammad Reza Pahlavi. Pengisytiharan Khomeini terhadap penubuhan Republik Islam Iran bagi menggantikan kerajaan Shah Iran, dilihat oleh dunia sebagai pencetusan suatu momentum besar terhadap kebangkitan semula kuasa Islam di dunia. Namun, penelitian yang dibuat terhadap Republik Islam Iran telah memperlihatkan realiti yang berbeza. Ia adalah sebuah kebangkitan yang amat khusus mewakili kelompok Syiah Imamiah semata-mata tanpa sebarang perkongsian visi dan misi dengan Sunni. Sa’id Hawwa Al-Marhum Sa’id Hawwa yang memimpin gerakan Islam di Syria telah berkunjung ke Iran untuk bertemu sendiri dengan Khomeini dan meneliti sejauh mana Khomeini serius di dalam usahanya membebaskan bumi Palestin yang terjajah. Akan tetapi, hakikatnya adalah sangat mengejutkan. Bagi Sa’id Hawwa, Khomeini dan Revolusinya itu, hanyalah lanjutan kepada makar Syiah yang dusta. Sekembalinya beliau dari Iran, Sa’id Hawwa telah menulis sebuah makalah bertajuk al-Khomeiniyyah : Syudzuz fi Al-’Aqaid wa Al-Mawaqif (Khomeinisma: Keganjilan Pada Aqidah dan Pendirian Politik). Khomeini telah melanjutkan celaan Syiah terhadap para Sahabat malah peminggiran secara berpelembagaan terhadap ajaran Ahli Sunnah dan identiti selain Syiah telah dilakukan secara terang-terangan. Sa’id Hawwa telah menghuraikan dengan terpeinci segala perkembangan semasa golongan Syiah pasca Revolusi Iran di tanah air umat Islam. Hakikat Hizbullah dan Harakah Al-Amal, perkembangan di Lubnan, Syria, Turki, Pakistan dan India, pemisahan Pakistan Timur (Bangladesh), bahkan mengunjur hingga ke Afrika, semuanya menggambarkan siapakah sebenarnya pendukung Khomeinisme dan apakah hakikat mereka. Catatan paling hitam peperangan Iran-Iraq telah meninggalkan kesan yang amat mendalam kepada kekuatan umat di rantau berkenaan. Beliau juga menjelaskan tentang kerjasama-kerjasama sulit Iran dengan negara-negara seperti Libya, Lubnan, bahkan dengan Israel dan Soviet Union. Sa’id Hawwa menekankan tentang lawatan berterusan wakil-wakil kerajaan Soviet Union ke Iran yang mana semua itu bercanggah sama sekali dengan laungan-laungan Khomeini di era Revolusi Iran yang diperjuangkannya. Kekayaan umat Islam terbuang semata-mata untuk menghadapi gejala ini, bahkan kebangkitan Umat Islam juga mengalami kerugian akibat penglibatan Syiah di dalam gelanggang kebangkitan umat. Anasir-anasir kekuatan umat Islam banyak dipengaruhi Syiah lantas kelebihan itu tersalur ke arah yang bukan membawa kepada matlamat sebenar perjuangan umat, bahkan ke arah kepentingan Syiah semata-mata. Penampilan proses perlaksanaan Islam yang salah berlaku di Iran, apabila perlembagaan Iran mengaktakan mazhab sebagai dasar negara. Jika sebahagian Syiah bersikap melampau di dalam prinsip taqiyyah (berpura-pura) mereka, kini di era Khomeini dan Revolusi Iran, taqiyyah itu menjangkau kepada penglibatan senjata api. Di suatu masa, Khomeini melaungkan penentangannya terhadap penguasaan Yahudi di Palestin tetapi di dalam masa yang sama, mengadakan kerjasama sulit dengan pihak musuh itu dan memberikan kemaslahatan kepada mereka. PERTEMBUNGAN DI MASA HADAPAN Sikap luar biasa Syiah yang memperlihatkan kecurigaan di sepanjang zaman tidak memungkinkan kita untuk meletakkan sebarang harapan dan simpati. Malah perkembangan di Iraq pasca serangan Bush dan penggantungan Saddam, mendedahkan kepada kita betapa lunaknya Syiah dengan sebarang peluang yang membolehkan mereka berkuasa, walaupun di atas kebinasaan orang lain. Hal ini bakal menyulitkan lagi usaha untuk tidak mengaitkan Iran dengan fitnah umat Islam di akhir zaman kerana hadith ke 2944 di dalam Sahih Muslim menjelaskan bahawa Rasulullah SAW telah bersabda: “Dajjal itu akan keluar dengan diikuti bersamanya Yahudi dari Esfahan (sebuah wilayah di Iran) seramai 70 ribu, mereka itu memakai Tayalisah (jubah-jubah yang besar)”. Apakah kesudahan pengkhianatan Syiah terhadap Ahli Sunnah? Semuanya di dalam pengetahuan Allah. Namun, untuk melihat mereka sebagai sandaran harap, tiada catatan sejarah yang menyokong, malah apa yang berlaku adalah sentiasa sebaliknya. Semoga Allah menyelamatkan kita semua daripada kekeliruan di zaman yang serba mencabar ini. ABU SAIF 28 Februari 2007 - See more at: http://saifulislam.com/?p=1012#sthash.CjeM725Y.dpuf

Tuesday, June 18, 2013

Seks Bebas DiKalangan Syiah Nusairiyah

Zina dan seks bebas adalah dosa besar dalam ajaran Islam Seks bebas adalah zina yang dihalalkan dalam ajaran Nusairiyah. Seks bebas sebagai penyempurnaan iman bagi kaum wanita Nusairiyah. Ia hanya dihalalkan kepada kaum lelaki mereka sahaja. Sama sekali tidak boleh dengan lelaki bukan dari kalangan mereka Mereka jadikan wanita sebagai hadiah untuk meraikan tetamu. Mereka namakan hadiah tersebut sebagai 'al fardhu al lazim' atau 'al haq al wajib' ertinya fardhu yang mesti atau hak yang wajib kepada tetamu. Penulis buku al Bakurah as Sulaimaniyah dia berbual dengab seorang mursyid Yyiah Nusairiyah Suatu hari aku bermusafir ke kampung al Jarab di bandar Antokiah. Aku berjumpa dengan seorang syeikh Nusairiyah dan berbual dengannya. Dia mengajak aku menjadi tetamunya dan bermalam di rumahnya. Dia sediakan kepada satu bilik cantik untuk tidur. Pada pukul 2 pagi tiba-tiba pintu bilik aku diketuk seseorang. Aku pun buka pintu bilik ada seorang perempuan. Dia terus masuk bilik dan menutup pintu bilik. Kemudian perempuan itu pun tidur disisi ku. Aku dalam keadaan terpaku. Aku tak tahu apa yang perempuan mahu. Selepas beberapa ketika perempuan pun bercakap dengan ku. Dia tanya aku, kamu tak nak ke! ni adalah 'al fardhu al lazim' atau 'al haq al wajib'. Ketika itu aku baru faham apa yang dikata oleh mursyid tentang 'al fardhu lazim' atau 'al haq al wajib' mereka menyerahkan wanita samada isteri atau anak perempuan kepada tetamu sebagai meraikan tetamu. Aku berfikir jika aku berkahwin dengan anak perempuan dari salah seorang imam. Jika ada syeikh yang datang menjadi tamu aku. Aku mesti kena serah isteri aku kepada syeikh sebagai 'al haq al wajib'. Aku tak boleh terima dan aku tak akan buat begitu selama-lamanya. Sla rujuk; al Harakah al Batiniyah oleh Dr Muhammad al Khatib. Sumber: fb Ustaz Mohamad Ismail

Selamatkan anak-anak umat Islam dari bahaya Syiah

Anak-anak umat Islam harus didedahkan dengan Syiah (dibaca Syi'ah) di peringkat awal lagi untuk menyelamatkan akidah umat. Maka saya sarankan supaya dimasukkan dalam silibus JQAF (Jawi, Quran, B.Arab dan Fardhu Ain) tentang agama Syiah dan pertentangannya dengan Islam. Untuk peringkat rendah sentuh yang mudah sahaja. Umpamanya ciri Syiah spt berikut: 1. Memperkenalkan sahabat-sahabat besar Rasulullah SAW dan dedahkan bahawa Syiah telah menghina mereka bahkan mengkafirkan Saiyidina Abu Bakar as siddiq RA dan Umar RA dan lain2. 2. Perkenalkan Abu Hurairah RA sebagai sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis Nabi SAW dan Syiah memusuhi beliau. 3. Perkenalkan Aishah RA sebagai seorang Ummul Mukminin yang faqih (tempat umat Islam bertanya hukum hakam) dan Syiah menuduh Aishah RA berlaku keji (berzina). 4. Terangkan apa hukum orang yang menuduh kafir para sahabat yang dijamin syurga oleh Allah SWT. 5. Terangkan apa itu taqiyah berbohong yang menjadi pegangan agama Syiah sedangkan berbohong itu dosa besar dalam Islam. 6. Terangkan apa itu mutaah yang menjadi amalan Syiah sedangkan mutaah itu tidak lain dari perzinaan yang diharamkan. Untuk pengajian umum/Malaysia pula saya sarankan supaya senarai agama-agama yang dianuti di Malaysia ini diperincikan spt berikut: Ini akan mendedahkan kepada masyarakat bukan Islam bahawa Islam dan Syiah adalah dua anutan yang berbeza (Masukkan keputusan fatwa kebangsaan 1996 yang menghukum Syiah sebagai sesat dan ditolak. begitu juga 20 fatwa negeri (9 diwartakan dan 11 tidak diwartakan) Islam. Buddha Hindu Kristian Syiah Bahai Qadiyani agama-agama pribumi yang pelbagai Sumber: fb Hafidzi Mohd Noor

Monday, June 17, 2013

Pengkhianatan Syiah Imamiah Di Lebanon (2): Siapakah Sebenarnya Yang Menyerbu Perkemahan Shabra dan Syatila

Rabu, 16 November 2011 14:28 Redaksi Pengkhianatan Gerakan Amal Syiah Gerakan Amal, adalah gerakan bersenjata yang tumbuh di Lebanon. Ia sangat membenci bukan kepada musuh zionis, tetapi kepada para penduduk perkemahan Palestina dan Beirut barat, itu karena mereka adalah pada umumnya orang-orang Sunni. Gerakan Amal mendapat dukungan dana dari rezim An-Nashiriyah di Syiria dan dari rezim Syi’ah Itsna Asyariyah di Iran. Gerakan Amal telah melakukan dan bahkan sudah sering melakukan pembantaian terhadap kaum Ahlu sunnah, padahal mungkin musuh zionis belum pernah melakukan perbuatan seperti itu. Pada malam Senin 20/5/1985 M, milisi Amal menyerbu perkemahan Shabra dan Syatila. Mereka menahan semua pegawai rumah sakit Gazza. Pengeboman mulai dikendalikan dengan menggunakan mortir dan kontak senjata langsung. Serangan terus melebar hingga mencapai perkemahan Burj AlBarajinah. Peperangan Amal semakin membabi buta, membunuh laki-laki, para wanita dan anak-anak. Gerakan Amal dalam situasi yang berbeda, karena dapat melakukan penyerangan dan bertahan, ia dapat memaksakan perang kapan pun yang ia inginkan. Sementara, para pejuang Palestina hanya mempertahankan diri saja, dan tidak dapat mundur dari tempat mereka. Meskipun demikian, Gerakan Amal tidak mampu bertahan lama di hadapan para pejuang Palestina. Dari sinilah, si penjahat Syiah Nabih Bari mengeluarkan perintahnya kepada para panglima brigade enam pasukan Lebanon untuk bergabung dalam peperangan dan ikut serta dengan Gerakan Amal dalam membantai kaum muslim Sunni di Lebanon. Tidak lama kemudian, brigade enam ikut bergabung dengan segenap kemampuannya dalam berperang. Perlu diketahui, bahwa anggota brigade enam semuanya adalah orang-orang Syiah. Sebelumnya brigade ini terlibat dalam peperangan yang sengit selama satu tahun dengan orang-orang muslim Sunni. Terdapat beberapa kali usaha untuk menghentikan perang, tetapi tidak berhasil sama sekali, karena para pemimpin Gerakan Amal Syiah adalah orang-orang yang sukar untuk dipahami (suka mengelak), mereka berjanji akan menghentikan perang, tetapi mereka tidak mengeluarkan perintah tersebut kepada para milisi pergerakan. Dalam satu waktu, perang terus bertambah dahsyat dan dalam waktu yang lain perang mereda. Meskipun brigade enam bergabung dalam satu parit bersama Gerakan Amal, tetapi gerakan Amal tidak dapat memastikan perang untuk kemaslahatannya. Kemudian datang brigade delapan pasukan Lebanon bergabung dengan Gerakan Amal memerangi orang-orang Palestina. Pasukan rezim An-Nashiriyah mengepung perkemahan orang-orang Palestina Al-Khalil di daerah Al-Biqa' dan menahan beberapa pemuda mereka. Kemudian datang kelompok yang selama ini mendapatkan keuntungan dari semua peperangan ini, saat skuadron pesawat-pesawat tempur Israel menembus awan di atas perkemahan dan mengeluarkan suara gemuruh yang hebat, kemudian dilanjutkan dengan terbang rendah di atas Beirut dan gunung-gunung, agar dapat bersenang-senang dengan menyaksikan aksi pembersihan, dan memotret keberhasilan agen-agennya serta menambahkan perasaan takut di hati anak-anak, orang-orang lanjut usia, dan para wanita di dalam perkemahan-perkemahan yang sedang menderita. Petikan: Pengkhianatan-pengkhianatan Syiah dan Pengaruhnya Terhadap Kekalahan Umat Islam, oleh Dr Imad Abdus Sami’ Husain, terbitan al-Kautsar. http://www.syiahindonesia.com/index.php/review-buku/penghianatan-syiah/555-pengkhianatan-syiah-imamiah-di-lebanon-2-siapakah-sebenarnya-yang-menyerbu-perkemahan-shabra-dan-syatila

Pengkhianatan Syiah Imamiah Di Lebanon (1): Mengkhianati Orang-orang Palestina

Senin, 31 Oktober 2011 14:03 Pengkhianatan Syiah Al-Itsna Asyariyah di Lebanon Beraliansi dengan Para Pengikut An-Nashiriyah Orang-orang Syiah Lebanon menganut madzhab Syiah Itsna Asyariyah Rafidhiyah. Mereka sama seperti para pendahulu mereka dalam berkhianat dan membenci orang-orang Ahlu sunnah. Apa yang menjadi catatan dalam sejarah modern dengan terjadinya perang saudara di Lebanon tidak lain adalah serial berdarah yang menghimpun lebih dari satu kelompok; rezim Syiria An-Nashiriyah, Syiah Itsna Asyariyah dalam milisi-milisi amal, dan pasukan Lebanon. Mereka semua membenci Ahlu sunnah. "Perang saudara di Lebanon bermula dari peristiwa otobis di Ain Ar-Ramanah pada tanggal 13/4/1975. orang-orang Palestina yang mendiami tenda-tenda pengungsian mendapati diri mereka menjadi bagian dari perang ini. Kekuatan militer Syiria melakukan intervensi dengan mengerahkan pasukan yang berjumlah tiga puluh ribu orang tentara dan mereka terlibat dalam peperangan yang sengit. Pada saat perang terjadi, orang-orang Syiah yang tergabung dalam gerakan amal beraliansi dengan pasukan militer Syiria, begitu juga dengan sebagian brigade pasukan Lebanon dan orang-orang Nasrani Maruniah. Mereka mulai dengan memboikot Tal Za'tar. Pemboikotan itu untuk memaksa mereka agar menderita kelaparan; melarang adanya bantuan roti, dan melarang pengiriman obat-obatan, disertai dengan pengeboman menakutkan yang terus menerus diarahkan pada tenda-tenda pengungsian orang-orang Palestina. Mereka melaju cepat-cepat seperti monster-monster predator di dalam tenda, menyembelih anak-anak dan orang-orang tua, merobek-merobek isi perut dan menodai kehormatan para wanita. Orang-orang Syiria An-Nashiriyah berupaya menutup-nutupi atmosfir pembantaian ini dengan dalih menghentikan perang saudara, sehingga berbagai macam bantuan berdatangan kepadanya dari organisasi-organisasi Arab yang berjanji akan menutupi anggaran pengeluaran militer Syria yang bertugas di Lebanon.... Selesailah sudah penghancuran perkemahan Tal Za'tar secara keseluruhan." Tujuan selanjutnya adalah kepada perkhemahan Ain Al-Hulwah tempat para pengungsi Palestina di luar kota Shaida. Tempat itu dianggap sebagai perkemahan terbesar, karena dihuni oleh sekitar empat puluh lima ribu orang, setengahnya adalah orang-orang miskin Lebanon. Perkemahan ini menghimpun tempat-tempat pengungsian bawah tanah. Para penduduk menggunakannya sebagai jalan keluar menghindari serangan-serangan udara Israel.... Pengeboman masal dimulai, bahkan di rumah sakit yang telah dihancurkan, di sana terdapat sejumlah kamar yang digunakan oleh para pasien untuk mengungsi saat pengeboman. Apakah ini menghentikan perang saudara? Atau ini adalah rencana jahat orang Syiah, mengadakan pertemuan-pertemuan dan membagi-bagikan tugas dan perannya dengan cerdik dan licik?! Tentu saja, kekuatan An-Nashiriyah melepaskan tanggung jawab atas apa yang telah terjadi, dan mengait-ngaitkannya dengan pertikaian di antara para prajurit. Kita segera berlalu dengan roda zaman. Karena memikirkan luka-luka itu hanya akan menambah rasa sakit dan kegelisahan. Marilah kita menuju kepada tahun 1982, ketika terjadi invasi Israel ke Lebanon dengan sekitar dua puluh ribu orang tentara. Mereka menginvasi wilayah selatan Lebanon dalam waktu yang sangat singkat. Kemudian meneruskan perjalanannya menuju ibu kota Beirut, di sana mereka mendapatkan sambutan yang sangat hangat dari penduduk Al-Maruniyah dan memberikan mereka bantuan dan nasehat. Kekuatan militer Israel telah membombardir Beirut bagian barat —Bairut Sunni- melalui darat, laut, dan udara. Air, makanan, dan obat-obatan dilarang bagi kaum muslimin Sunni di Beirut bagian barat. Salah satu contoh pengeboman yang menakutkan yang dialami oleh kota Beirut bagian barat, adalah yang terjadi pada hari Ahad 1/8/ 1982, di mana aksi pengeboman Israel melalui darat, laut dan udara, terjadi secara terus menerus selama empat belas jam, jatuh pada saat itu 180.000 proyektil, yakni rata-rata lebih dari 214 proyektil permenit. Pengeboman seperti ini terjadi berulang kali pada hari ke tiga dan keempat, kemudian kesepuluh dan kedua belas di bulan yang sama. Ia telah menghancurkan perumahan, mengintimidasi anak-anak, dan menewaskan orang-orang tua... darah orang-orang muslim Lebanon bercampur dengan darah orang-orang muslim Palestina. Sesudah ini, orang-orang Syiah Rafidhah, Durz, dan orang-orang sekular menuntut Organisasi Pembebasan Palestina untuk keluar dari Beirut, bahkan dari seluruh Lebanon... dan terjadi. Rezim An-Nashiriyah Syiria menyatakan sikap, bahwa mereka tidak terlibat sama sekali atas invasi ini, bahkan mereka mengatakan dengan terang-terangan, "Sesungguhnya militer Syiria masuk ke Lebanon untuk melaksanakan tugas tertentu, yaitu mengakhiri perang saudara... mereka tidak datang untuk memerangi Israel dari sana." Begitu juga dengan sikap Syiah Rafidhah di Lebanon, mereka merestui kemenangan ini, karena Israel telah mewujudkan impian mereka dengan mengusir orang-orang Palestina dari wilayah selatan Lebanon. Siaran-siaran berita musuh zionis memuat penjelasan para pejabat mereka dalam mendukung Israel. Kesimpulan: Israel terlibat dalam peperangan dengan kaum muslimin sunni selama satu tahun. Ini dikuatkan oleh Koran Al-Anba` Al-Kuwaitiyah yang terbit pada tanggal 30/4/1985, dengan judul, "Orang-orang Israel menyita persenjatan milik kelompok-kelompok sunni saja." Orang-orang Israel hanya membatasi penyitaan senjata ini pertama-tama kepada orang-orang Palestina, kemudian kepada orang-orang Sunni Lebanon, dan bukan kepada selain mereka. Adapun Durz dan milisi-milisi Gerakan Amal serta AlMaruniyah, tidak ada penyitan apa pun kepada mereka. Para pimpinan Islam Sunni telah mengetahui, bahwa mereka sedang menghadapi strategi yang lebih luas dari apa yang dilihat oleh mata telanjang. Strategi yang terpusat pada teori Israel yang menyamakan antara orang Sunni Lebanon dengan orang Palestina yang tinggal di Lebanon. Daerah-daerah kaum Sunni masih ada dan tanah yang subur akan tetap ada dengan bertambahnya perlawanan orang-orang Palestina. Petikan: Pengkhianatan-pengkhianatan Syiah dan Pengaruhnya Terhadap Kekalahan Umat Islam, oleh Dr Imad Abdus Sami’ Husain, terbitan al-Kautsar. [syiahindonesia.com]. http://www.syiahindonesia.com/index.php/review-buku/penghianatan-syiah/550-pengkhianatan-syiah-imamiah-di-lebanon-1-mengkhianati-orang-orang-palestina-

Friday, June 14, 2013

15 CIRI-CIRI PENGANUT SYI'AH

dari fb: Syria Care: Pertubuhan Penyayang Islam Membantu Syria 15 CIRI-CIRI PENGANUT SYIAH Penganut Syiah/Syi'ah di Malaysia atau di Indonesia selalu bersembunyi dalam segala hal, terutama mereka mendakwa bahawa Syiah merupakan bahagian mazhab dalam Islam. Padahal sebenarnya tidak. Dalam istilah Syiah, hal itu disebut “Taqiyah”. Namun sebenarnya ada beberapa yang boleh kita perhatikan dari penganut Syiah dari 15 ciri-cirinya yang berikut ini: 1) Mengenakan songkok hitam dengan bentuk tertentu. Tidak seperti songkok yang dikenali umumnya songkok mereka seperti songkok orang arab hanya saja warnanya hitam. 2) Tidak solat Jumaat. Meskipun solat Jumaat bersama jamaah, tetapi dia langsung berdiri setelah imam mengucapkan salam. Orang-orang akan menyangka dia mengerjakan solat sunat, padahal dia menyempurnakan solat Zuhur empat rakaat, kerana pengikut Syiah tidak meyakini kesahihan solat Jumaat kecuali bersama Imam yang ma’sum atau wakilnya. 3) Pengikut Syiah juga tidak akan mengakhiri solatnya dengan mengucapkan salam yang dikenali kaum Muslimin, tetapi dengan memukul kedua pahanya beberapa kali. 4) Pengikut Syiah jarang solat jemaah kerana mereka tidak mengakui solat lima waktu, tapi yang mereka yakini hanya tiga waktu sahaja. 5) Majoriti pengikut Syiah selalu membawa At-Turbah Al-Husainiyah iaitu batu / tanah yang digunakan menempatkan kening ketika sujud apabila mereka solat tidak di dekat orang lain. 6) Jika anda perhatikan caranya berwuduk maka anda akan dapati bahawa wudhunya sangat berlainan, tidak seperti yang dilakukan oleh kaum Muslimin. 7) Anda tidak akan mendapati penganut Syiah hadir dalam kajian dan ceramah Ahlussunnah. Anda juga akan melihat penganut Syiah banyak mengingat Ahlul Bait; Ali, Fathimah, Hasan dan Husein radhiyallahu anhum. 9) Mereka juga tidak akan menunjukkan penghormatan kepada Abu Bakar, Umar, Uthman, majoriti sahabat dan Ummahatul Mukminin radhiyallahu anhum. 10) Pada bulan Ramadhan penganut Syiah tidak terus berbuka puasa setelah azan maghrib. Dalam hal ini Syiah berkeyakinan seperti Yahudi iaitu berbuka puasa jika bintang-bintang sudah kelihatan di langit. Dengan kata lain mereka berbuka apabila benar-benar sudah masuk waktu malam. Mereka juga tidak solat terawih bersama kaum Muslimin, kerana menganggapnya sebagai bid’ah. 11) Mereka berusaha sekuat tenaga untuk menanam dan menimbulkan fitnah antara jamaah salaf dengan jemaah lain, sementara itu mereka mendakwa tidak ada perselisihan antara mereka dengan jamaah lain selain salaf. Ini tentu tidak benar. 12) Anda tidak akan melihat seorang penganut Syiah memegang dan membaca Al-Quran kecuali jarang sekali, itu pun sebagai bentuk taqiyyah kerana Al-Qur’an yang benar menurut mereka iaitu al-Quran yang berada di tangan al-Mahdi yang ditunggu kedatangannya. 13) Orang Syiah tidak berpuasa pada hari Asyura, dia hanya menunjukkan kesedihan di hari tersebut. 14) Mereka juga berusaha keras mempengaruhi kaum wanita khususnya para mahasiswi di universiti atau di perkampungan sebagai langkah awal untuk memenuhi keinginannya melakukan mut’ah dengan para wanita tersebut apabila nantinya mereka menerima agama Syiah. 15) Orang-orang Syiah tekun mendakwah orang-orang tua yang mempunyai anak perempuan dengan harapan anak perempuannya juga turut menganut Syiah sehingga dengan selesa dia boleh melakukan zina mut’ah dengan wanita tersebut baik dengan pengetahuan ayahnya ataupun tidak. Pada hakikatnya ketika ada seorang yang ayah yang menerima agama Syiah, maka para pengikut Syiah yang lain automatik telah mendapatkan anak gadisnya untuk dimut’ah. Tentunya setelah mereka berjaya meyakinkan bolehnya mut’ah. Semua kemudahan, kelebihan, dan kesenangan terhadap syahwat ini ada dalam diri para pemuda sehingga dengan mudah para pengikut Syiah menjerat mereka bergabung dengan agama Syiah. Kesimpulannya, ciri-ciri mereka sangat banyak. Selain yang kami sebutkan di atas masih banyak ciri-ciri yang lain sehingga tidak mungkin bagi kita untuk menjelaskan semuanya di sini. Namun cara yang paling praktikal ialah dengan memerhatikan raut wajah. Wajah mereka merah padam jika anda mencela Khomeini dan Sistani, tapi bila anda mengutuk Abu Bakar, Umar, Usman, Aisyah dan Hafshah, atau sahabat-sahabat yang lain radhiyallahu anhum tidak ada sedikit pun tanda-tanda kebimbangan di wajahnya Akhirnya, dengan hati yang terang Ahlussunnah dapat mengenali pengikut Syiah dari wajah hitam mereka kerana tidak mempunyai keberkatan, jika anda perhatikan wajah mereka maka anda akan membuktikan kebenaran kadar ini dan inilah hukuman bagi siapa saja yang mencela dan meremehkan para sahabat Nabi sallallahu alaihi wasallam dan para ibunda kaum Muslimin radhiyallahu anhunn yang dijanjikan syurga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sumber asal : http://www.lamankongsi.com/2013/01/15-ciri-ciri-penganut-syiah.html

Thursday, June 13, 2013

Sya’ban: antara hadis sahih, dhaif dan palsu

oleh:Dr Abdul Basit Bin Haji Abdul Rahman. 13 Jun 2013 Bulan Sya’ban merupakan bulan yang mulia, terletak di tengah-tengah antara dua bulan yang mulia, iaitu bulan Rajab yang merupakan salah satu bulan haram dan bulan Ramadhan merupakan bulan yang diwajibkan umat Islam berpuasa padanya. Bulan Sya’ban mempunyai beberapa kelebihan yang tersendiri sebagaimana yang disebut dalam hadis, namun banyak juga tersebar hadis yang dhaif atau maudhu’ (rekaan) tentang fadhilatnya, untuk menjelaskannya, risalah ringkas ini ditulis, semoga menjadi panduan dan peringatan buat kita semua. Terdapat hadis-hadis yang menyebut Nabi SAW banyak berpuasa pada bulan Sya’ban. Kalau dikatakan, apakah hikmahnya memperbanyak berpuasa di bulan Sya’ban? Maka jawapannya adalah perkataan Al-Hafiz Ibn Hajar: “Yang lebih tepat apa yang diriwayatkan oleh Nasa’i dan Abu Daud serta disahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dari Usamah bin Zaid, dia berkata, saya bertanya: “Wahai Rasulullah, saya tidak melihat tuan (sering) berpuasa dalam satu bulan seperti tuan berpuasa di bulan Sya’ban?” Baginda bersabda: “Itu adalah bulan yang kebanyakan orang melalaikannya iaitu antara Rejab dan Ramadhan. Iaitu bulan yang di dalamnya di angkat amalan-amalan kepada Allah, Tuhan seluruh Alam. Maka aku ingin amalanku diangkat, sedang aku dalam keadaan berpuasa.” (Dinyatakan hasan dalam Sahih An-Nasa’i, no. 2221). Adalah mendukacitakan, ramai yang tidak berdisiplin dalam memetik hadis-hadis Nabi SAW tanpa mengira kethabitan iaitu kepastian tentang ketulenan sesebuah hadis, juga tidak meneliti takhrij dan tahqiq (keputusan) para ulama hadis terhadap kedudukannya. Lebih teruk lagi jika terus disebarkan kepada masyarakat tanpa menjelaskan kedudukannya. Dengan itu apa-apa sahaja yang mereka temui daripada buku bacaan, yang dikatakan hadis maka mereka terus sandarkan kepada Nabi SAW tanpa usul periksa, sedangkan mereka lupa akan amaran yang diberikan oleh baginda Nabi SAW dalam hadis yang yang diriwayatkan oleh Al-Mughirah bin Syu’bah: “Sesungguhnya berdusta ke atasku (menggunakan namaku) bukanlah seperti berdusta ke atas orang lain (menggunakan nama orang lain). Sesiapa yang berdusta ke atasku dengan sengaja, maka siaplah tempat duduknya dalam neraka.” (Riwayat al-Bukhari, Muslim). Perkara ini termasuk menyebut Nabi SAW bersabda sesuatu yang baginda tidak pernah bersabda, atau berbuat, atau mengakui sesuatu yang Baginda tidak pernah melakukannya. Hadis palsu ialah: “Hadis yang disandarkan kepada Nabi SAW secara dusta, ia tidak ada hubungan dengan Nabi SAW.” (lihat: Nur al-Din Itr, Manhaj al-Nadq fi ‘Ulum al-Hadis, m.s.301, cetakan: Dar al-Fikr al-Mu‘asarah, Beirut). Bukan sahaja membuat hadis palsu itu haram, bahkan meriwayatkannya tanpa diterang kepada orang yang mendengar bahawa ia adalah hadis palsu juga adalah sesuatu yang haram. Contohnya, apabila muncul bulan Rejab dan Sya’ban maka hadis-hadis palsu mengenainya akan dibaca dan diajar secara meluas. Ramai penceramah, imam, khatib dan media massa menyebarkan hadis palsu mengenai amalan yang dikatakan disunatkan pada bulan-bulan tersebut. Antaranya hadis: “Rejab bulan Allah, Sya’ban bulanku dan Ramadan bulan umatku.” Begitu juga semua hadis mengenai puasa bulan Rejab dan solat pada malam-malam tertentu dan malam Nisfu Sya’ban adalah dusta ke atas Nabi SAW (kesemuanya adalah PALSU). Kata al-Imam Ibn Qayyim al-Jauziyyah (wafat 751H): “Hadis-hadis mengenai solat Raghaib pada Jumaat pertama bulan Rejab kesemuanya itu adalah palsu dan dusta ke atas Rasulullah SAW”. Sebenarnya hadis sahih mengenai kebaikan malam Nisfu Sya’ban itu memang ada, tetapi amalan-amalan tertentu khas pada malam tersebut adalah palsu. Kelebihan Khas Malam Nisfu Sya’ban Hadis yang boleh dipegang dalam masalah Nisfu Sya’ban ialah: “Allah melihat kepada hamba-hamba-Nya pada malam Nisfu Sya’ban, maka Dia ampuni semua hamba-hamba-Nya kecuali musyrik (orang yang syirik) dan yang bermusuh (orang benci-membenci) (HR Ibn Hibban, al-Bazzar dan lain-lain. Al-Albani mensahihkan hadis ini dalam Silsilah al-Ahadis al-Sahihah. jilid 3, m.s. 135, cetakan: Maktabah al-Ma‘arf, Riyadh). Hadis ini tidak mengajar kita apakah bentuk amalan malam berkenaan. Oleh itu, amalan-amalan khas tertentu pada malam tersebut bukan daripada ajaran Nabi SAW. Kata Dr Yusuf al-Qaradawi dalam menjawab soalan berhubung dengan Nisfu Sya’ban: “Tidak pernah diriwayatkan daripada Nabi SAW dan para sahabat bahawa mereka berhimpun di masjid untuk menghidupkan malam Nisfu Sya’ban, membaca doa tertentu dan solat tertentu seperti yang kita lihat pada sebahagian negeri orang Islam. Bahkan di sebahagian negeri, orang ramai berhimpun pada malam tersebut selepas maghrib di masjid. Mereka membaca surah Yasin dan solat dua rakaat dengan niat panjang umur, dua rakaat yang lain pula dengan niat tidak bergantung kepada manusia, kemudian mereka membaca doa yang tidak pernah dipetik dari golongan salaf (para sahabah, tabi‘in dan tabi’ tabi‘in). Ia satu doa yang panjang, yang menyanggahi nusus (al-Quran dan sunah) juga bercanggahan dan bertentang maknanya. Perhimpunan (malam Nisfu Sya’ban) seperti yang kita lihat dan dengar yang berlaku di sebahagian negeri orang Islam adalah bidaah dan diada-adakan. Sepatutnya kita melakukan ibadat sekadar yang dinyatakan dalam nas. Segala kebaikan itu ialah mengikut salaf, segala keburukan itu ialah bidaah golongan selepas mereka, dan setiap yang diadakan-adakan itu bidaah, dan setiap yang bidaah itu sesat dan setiap yang sesat itu dalam neraka”. (Dr. Yusuf al-Qaradawi, fatawa Mu‘asarah jilid 1, m.s. 382-383, cetakan: Dar Uli al-Nuha, Beirut). Inilah kenyataan Dr Yusuf al-Qaradawi, seorang tokoh ulama umat yang sederhana dan dihormati. Kata al-Syeikh Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah (seorang ulama hadis al-Azhar): “Masih ada para penceramah yang tidak ada ilmu hadis, sama ada ilmu riwayat atau dirayah (mengenai teks hadis)." Mereka hanya membaca hadis yang mereka hafal dan memetiknya tanpa mengetahui dan cuba memastikan kedudukan hadis tersebut. Saya menyeru diri sendiri, para penceramah, ustaz-ustaz, media elektronik dan cetak, bahkan semua pihak yang membaca sesuatu hadis memastikan kesahihannya dahulu. Semoga Rejab dan Sya’ban tahun ini tidak dibaluti dengan pembohongan terhadap Nabi SAW. HADIS-HADIS YANG LEMAH DAN PALSU TENTANG NISFU SYA’BAN Berikut adalah beberapa contoh hadis-hadis lemah dan palsu tentang fadhilat malam Nisfu Sya’ban. HADIS PERTAMA: Daripada ‘Aisyah RA, dia berkata: “Pada suatu malam saya kehilangan Rasulullah SAW lalu saya keluar, ternyata baginda berada di Baqi’, lalu Rasulullah bersabda: “Apakah kamu takut padahal Allah dan Rasul-Nya melindungimu?” Saya (‘Aisyah) jawab: Ya Rasulullah, saya mengira engkau mendatangi sebahagian isterimu (yang lain).” Baginda bersabda: “Sesungguhnya pada malam Nisfu Sya’ban Allah turun ke langit dunia lalu mengampuni lebih banyak dosa daripada banyaknya bulu kambing Bani Kalb.” (Hadis Riwayat Imam Ahmad, Imam Tirmidzi. “Dhaif Jiddan”). HADIS KEDUA: Daripada ‘Ali bin Abi Talib RA, dia berkata Rasulullah SAW bersabda: “Jika datang malam Nisfu Sya’ban, maka bangunlah pada malam harinya (untuk bersolat) dan berpuasalah pada waktu siangnya. Sesungguhnya pada saat itu sejak tenggelamnya matahari, Allah turun ke langit dunia seraya berfirman: “Ketahuilah, sesiapa yang meminta keampunan, maka Aku akan mengampuninya dan ketahuilah sesiapa yang meminta rezeki maka Aku akan memberinya, ketahuilah sesiapa yang sakit maka aku akan menyihatkannya, ketahui sesiapa yang begini aku akan begitu hingga terbit matahari. (Hadis riwayat Ibnu Majah – “Maudhu”). HADIS KETIGA: “Wahai ‘Ali, sesiapa yang solat seratus rakaat pada malam Nisfu Sya’ban, pada setiap rakaat membaca surah al-Fatihah dan Qul huwallahu ahad 10 kali, Nabi SAW bersabda: “Ya ‘Ali, tidaklah seorang hamba yang solat seperti ini kecuali Allah akan memenuhi setiap setiap keinginan dan permintaanya pada malam itu… Komentar: Hadis ini adalah maudhu’ (palsu) sebagaimana dinyatakan Ibn al-Jauzi di dalam al-Maudhu’aat, Ibn al Qayyim di dalam al-Manar al-Munif, al-Suyuthi di dalam al-Lali al-Masnu’ah. HADIS KEEMPAT: “Sesiapa solat 12 rakaat pada malam Nisfu Sya’ban dengan membaca pada setiap rakaatnya Qul huwallahu ahad 30 kali, tidak keluar hingga melihat tempat duduknya di syurga…” Komentar: Hadis ini adalah maudhu’ (palsu) sebagaimana dinyatakan Ibn al-Jauzi di dalam al-Maudhu’aat, Ibn al Qayyim di dalam al-Manar al-Munif, al-Suyuthi di dalam al-Laali al-Masnu’ah. Perhatian: Antara buku yang mengumpul hadis palsu tentang kelebihan bulan-bulan ialah buku: (Kelebihan Rejab, Sya`ban, Ramadhan, Ustaz Budiman Radhi). Tukar Rekod Amalan: Masyhur juga dalam kalangan masyarakat bahawa pada malam nisfu Sya’ban itu ditentukan (taqdir) apa yang akan terjadi tahun itu. Ini adalah khabar yang batil. Malam penentuan takdir kejadian selama setahun itu ialah pada malam (Lailatul Qadar). Allah Ta’ala berfirman, maksudnya: “Ha mim. Demi Kitab (al-Qur’an) yang menjelaskan. Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkati dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (Surah ad-Dukhan : ayat 1-4) Malam diturunkannya al-Qur’an adalah malam Lailatul Qadar. Allah Ta'ala berfirman, maksudnya: “Sesungguhnya kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan.” (Surah al-Qadr : ayat 1). Iaitu pada bulan Ramadhan, kerana Allah Ta’ala menurunkan al-Qur’an pada bulan itu. Allah Ta’ala berfirman, maksudnya: “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an.” (Surah al-Baqarah : ayat 185]. Berkata Al-Hafiz Ibnu Kathir rahimahullah: “Sesiapa yang mengatakan bahawa malam nisfu Sya’ban adalah waktu Allah Ta’ala menentukan apa yang akan terjadi dalam tahun itu, bererti dia telah menyalahi kandungan al-Qur’an.” Sumber: http://bm.harakahdaily.net/index.php/sudut-dakwah/20009-syaban-antara-hadis-sahih-dhaif-dan-palsu

Mumia Firaun Yang Mengejar Nabi Musa Menyebabkan Keajaiban

Mumia Firaun(Ramses II) Mumia Ramesses II Pada pertengahan tahun 1975, Presiden Perancis menawarkan kerajaan Mesir bantuan untuk meneliti, mempelajari dan menganalisis mumia Firaun, Ramasses II yang sangat terkenal. Firaun yang dikatakan hidup di zaman Nabi Musa yang akhirnya mati tenggelam dalam Laut Merah ketika mengejar Musa dan para pengikut baginda yang melarikan diri daripada kekejamannya. Mesir menyambut baik tawaran itu dan membenarkan mumia itu diterbangkan ke Paris. Malah ketika sampai di sana kedatangan mumia itu disambut dengan pesta dan majlis keramaian. Ini termasuklah apabila Mitterand dan para pemimpin Perancis yang lain tunduk hormat ketika mumia itu dibawa lalu di hadapan mereka. Mumia itu kemudiannya diletakkan di ruang khas di Pusat Arkeologi Perancis. Di situ ia bakal diperiksa sekali gus membongkar rahsianya oleh para pakar, doktor bedah dan autopsi Perancis yang dipimpin oleh doktor yang sangat terkenal, Prof. Dr. Maurice Bucaille.
Prof. Dr. Maurice Bucaille Bucaille adalah seorang pakar bedah kenamaan Perancis yang dilahirkan di Pont-L’Eveque pada 19 Julai 1920. Memulakan kerjaya di bidang perubatan am dan pada tahun 1945 beliau diiktiraf sebagai pakar di bidang gastroentorologi. Ramai kerabat diraja dan keluarga pemimpin dunia menggunakan khidmat Dr. Bucaille, termasuk Raja Faisal Arab Saudi dan pemimpin Mesir, Anwar Sadat. Kesempatan untuk membedah dan menyiasat mumia Firaun ini di manfaat sepenuhnya oleh Bucaille. Beliau mengerah seluruh tenaga dan pengalamannya untuk membongkar misteri di sebalik kematian raja Mesir kuno itu. hasilnya sangat mengejutkan. Dr. Bucaille menjumpai sisa-sisa garam yang masih melekat pada jasad mumia tersebut sebagai bukti terbesar bahawa Firaun mati akibat tenggelam di dalam laut. Iaitu jasadnya segera dikeluarkan dari laut, ‘dirawat’ segera dan dijadikan mumia supaya jasad itu tidak buruk. Namun penemuan itu menimbulkan persoalan yang sangat besar kepada Dr. Bucaille. Bagaimana jasad tersebut masih dalam keadaan sangat baik berbanding jasad-jasad yang lazimnya tenggelam dan dikeluarkan daripada laut? Beliau menyiapkan sebuah laporan akhir yang dipercayainya sebagai penemuan baru, iaitu proses menyelamatkan mayat Firaun dari laut dan kaedah pengawetannya.
Laporan tersebut diterbitkan dengan tajuk; Mumia Firaun: Sebuah Penelitian Perubatan Moden (tajuk asalnya; Les Momies Des Pharaons Et La Midecine). Ekoran penerbitan laporan itu, Dr Bucaille dianugerah penghargaan tertinggi kerajaan iaitu Le Prix Diane Potier-Boes (Penghargaan Dalam Sejarah) oleh Academie Frantaise dan anugerah Prix General daripada Academie Nationale De Medicine, Perancis.
Kisah Firaun Di Dalam Al-Quran Namun seorang rakan sempat membisikkan kepada Dr. Bucaille bahawa penemuan ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru. “Jangan panik kerana sesungguhnya umat Islam telah mengetahui tentang peristiwa Firaun yang mati lemas dan mayatnya dipelihara sehingga ke hari ini!”
Namun kata-kata itu ditentang keras oleh Dr. Bucaille kerana beliau menganggap sangat mustahil. Baginya membongkar sesebuah misteri yang berlaku lama dahulu tidak mungkin dapat diketahui kecuali dengan perkembangan teknologi moden, peralatan dan makmal canggih. Hakikatnya Dr. Bucaille menjadi serba salah dan bingung apabila diberitahu bahawa al-Quran yang diyakini dan dipercayai oleh umat Islam telah pun meriwayatkan kisah tenggelamnya Firaun dan kemudian mayatnya diselamatkan. Beliau tertanya-tanya, bagaimana perkara seperti itu dapat diterima oleh akal kerana mumia itu baru sahaja ditemui sekitar tahun 1898. Sedangkan al-Quran telah ada di tangan umat Islam sejak 1400 tahun yang lalu. Sambil mata tidak terlepas dari memandang mumia Firauan yang terbujur di hadapannya, Dr. Bucaille terus tertanya-tanya bagaimana al-Quran dapat menyatakan kisah Firaun yang jasadnya diselamatkan dari hancur sejak ribuan tahun lalu. “Adakah masuk akal ,di hadapanku ini adalah Firaun yang cuba menangkap Musa? Apakah masuk akal Muhammad mengetahui hal sejarah ini? Pada hal kejadian Musa dikejar Firaun telah berlaku sebelum al-Quran diturunkan,” kata hatinya sendirian. Beliau mendapatkan kitab Injil yang di dalamnya hanya menyatakan Firaun tenggelam di tengah laut saat mengejar Nabi Musa tetapi tidak diceritakan mengenai mayat Firaun. Sementara dalam Kitab Perjanjian Lama (Injil Lama) pula yang diceritakan dalam kitab itu hanyalah: “Air (laut) pun kembali seperti sebuah lautan yang berombak dan beralun, menenggelamkan kereta-kereta (chariot) kuda, pasukan berkuda dan seluruh bala tentera Firaun tanpa ada seorang pun yang berjaya menyelamatkan diri. Tetapi anak-anak Israel dapat menyelamatkan diri atas daratan kering di tengah-tengah laut itu”. (Exodus 14:28 dan Psalm 136:15)
Penemuan Roda Kereta Firaun di dasar Laut Merah Dr.Bucaille sangat terkejut kerana tidak ada disebut langsung mengenai apa yang terjadi seterusnya kepada mayat Firaun selepas tenggelam. Ini menjadikan beliau semakin kebingungan. Apabila mumia dikembalikan semula ke Mesir, Dr. Bucaille terus mendapatkan kepastian mengenai mumia itu. Lalu beliau memutuskan untuk bertemu dengan para ilmuwan Islam mengenai sejarah Nabi Musa, kekejaman Firaun sehinggalah Bani Israel meninggalkan Mesir dan dikejar Firaun dengan seluruh bala tentera di belakang mereka. Maka salah seorang mereka terus bangun dan membaca ayat al-Quran berhubung sejarah tersebut untuk Dr. Bucaille mendengarkannya sendiri: “Maka pada hari ini Kami selamatkan badan kamu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudah kamu dan sesungguhnya kebanyakan manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami." (Surah Yunus: 92) Apabila mendengar ayat ini, hati Dr. Bucaille benar-benar tersentuh. Beliau akhirnya mengakui kebenaran ayat itu kerana ia dapat diterima akal dan memberikan satu inspirasi serta dorongan kepada sains untuk maju meneroka lebih jauh lagi. Lalu dengan hati yang begitu sebak dan keharuan, beliau pun bangun dan dengan suara yang lantang berkata: “Sesungguhnya aku masuk Islam dan beriman dengan al-Quran ini.” Tidak sekadar beliau mengakui kebenaran dan memeluk Islam tetapi beliau kemudiannya pulang ke Perancis dengan mengkaji seluruh isi al-Quran. Akhirnya beliau berjaya menerbitkan buku yang sangat mengejutkan seluruh dunia dan sehingga kini telah diterjemahkan dalam pelbagai bahasa pada tahun 1976, iaitu The Bible, the Qur’an, and Science : The Holy Scriptures Examined in the Light of Modern Knowledge.
Melalui buku ini, Dr. Bucaille yang kemudiannya dikenali sebagai Dr. Yahya Maurice Bucaille berjaya membuktikan bahawa al-Quran adalah selari dengan fakta-fakta sains sementara kitab Injil adalah sebaliknya. “Sains dan Islam umpama saudara kembar yang tidak boleh berpisah. Ini kerana dalam Injil terdapat pelbagai kesilapan dari aspek saintifik tetapi tiada sedikitpun kesilapan seperti itu ada dalam al-Quran. “Al-Quran yang di dalamnya diceritakan segala penjelasan mengenai fenomena alam semula jadi yang sangat bertepatan dengan sains moden,” katanya. Beliau memberikan kesimpulan bahawa tidak syak lagi al-Quran benar-benar kalam Allah. Sumber: http://www.tranungkite.net/v12/modules.php?name=News&file=article&sid=6901

Kenalilah Agama Syi'ah yang Menyesatkan

Ulasan: Jauhilah Syi'ah kerana Rasulullah SAW pun bukan Syi'ah.

Wednesday, June 12, 2013

Syiah itu Aliran Politik atau Aqidah Tersendiri?

Syiah itu Aliran Politik atau Aqidah Tersendiri? Redaksi – Rabu, 3 Sya'ban 1434 H / 12 Juni 2013 13:46 WIB Assalamu Alaikum Ustadz Saya ingin bertanya banyak tentang Syiah, saya lihat di media maupun media sosial kembali menghangat masalah Syiah ini,…banyak yang pro dan kontra, semuanya mengusung alasan dan dalilnya atas setiap pembelaan maupun penentangannya mengenai Syiah ini, apalagi terkait dengan perang di Suriah/Syria dan Hizbullah, yang saya tanyakan sebenarnya Syiah ini aliran politik atau ideologi tersendiri ya? Yunan Assalamu Alaikum Wr Wb, Di dalam menjawab ini, saya tidak akan membicarakan tentang Aqidah Syiah secara rinci dan mendetail, karena selain membutuhkan tulisan panjang, yang dirasa tidak efektif dan kurang efisien dalam tanya jawab yang sangat terbatas, begitu juga pembahasan tentang Syiah sudah ditulis oleh para uilama-ulama dahulu di dalam buku-buku mereka, serta bisa didapati juga pada buku-buku kontemporer dalam berbagai bahasa, disamping itu bisa diakses dari internet. Saya hanya menyampaikan pandangan secara umum terkaitan dengan bahaya Aqidah Syiah dalam tataran politik dan keyakinan kaum muslimin secara bersamaan. Kenapa bisa dikatakan seperti itu? Kalau kita mau meneliti, akan kita dapatkan bahwa pembicaraan tentang Syiah sudah dilakukan oleh para ulama terdahulu di dalam buku-buku mereka yang menyatakan bahwa Syiah pada awalnya adalah kelompok-kelompok menyimpang (firqah) dalam Islam, seperti halnya Khowarij, Mu’tazilah, Qadariyah, Jabariyah dan lain-lainnya. Yang menarik, bahwa pembicaraan tentang Syi’ah muncul lagi pada abad sekarang, khususnya sejak munculnya Revolusi Iran yang dipimpin oleh Khomeni pada tahun 1979 H, yang pada awalnya disebut-sebut sebagai Revolusi Islam Iran, tetapi ternyata adalah Revolusi Syiah Iran. Banyak dari kalangan Ahlus Sunnah yang terpedaya dengan slogan yang diusung oleh Revolusi ini dengan menyebutkan : لا شرقية لا غربية إسلامية إسلامية No East No West, Islam is the best (terjemahan sendiri) لا شيعية لا سنية إسلامية إسلامية No Syiah, No Sunni, Islam is the best (terjemahan sendiri) Mereka dari kalangan Ahlus Sunnah banyak yang menggantungkan harapan dari Revolusi ini. Tetapi beriring dengan pergantian hari, ternyata terungkap sedikit demi sedikit maksud dan tujuan utama revolusi ini, yaitu menguasai dunia dengan menyebarkan ajaran Syiah Imamiyah. Tashdir Tsaurah (Pengiriman Revolusi) dan Imam Mahdi Di dalam ajaran Syiah Imamiyah disebutkan bahwa Imam Mahdi (Imam Ke-12) akan muncul di akhir zaman dengan tugas sebagai berikut : Membawa Syariat Baru, yaitu Syariat Nabi Daud dan Sulaiman as, sebagaimana yang disebutkan oleh Al Kulaini dalam “Al Kafi”, [1] Membawa al Qur’an baru yaitu Mushaf Fatimah, Merobohkan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, Membongkar kuburan Abu Bakar dan Umar bin Khottab, kemudian dibakarnya dan dihambur-hamburkan abunya[2]. Artinya mereka akan menyerang negara-negara Arab yang ada disekitarnya. Saat ini, mereka telah merebut Iraq dengan membonceng pasukan Amerika Serikat. Sesuatu yang pernah dilakukan oleh al Alqami dan Nashiruddin Ath Thusi yang memprovokasi Pasukan Tatar untuk membantai kaum muslimin yang ada di Baghdad, dan sejarah itupun terulang kembali [3]. Membalas dendam bangsa Arab [4] Membunuh Nawashib (Anti Syiah) yang selama ini menentang aqidah mereka, kecuali yang ikut mereka. [5] Yang perlu diperhatikan disini, bahwa tugas-tugas Imam Mahdi di atas – menurut kesepakatan para pemikir Syiah kontemporer – khususnya yang berhubungan dengan perluasaan kekuasaan dan hak untuk membunuh lawan-lawan politik mereka, terutama Ahlus Sunnah telah diambil alih oleh Negara Iran yang didirikan dan dipimpin oleh Khomeni.[6] Hal ini diperkuat dengan adanya ad-Dustur al- Islami Negara Iran yang menyatakan bahwa tentara negara Iran bukan saja menjaga perbatasan negara, tetapi juga bertugas untuk berjihad di seluruh penjuru dunia. Dan disebutkan juga di dalam Dustur tersebut bahwa di saat belum munculnya Imam Mahdi, maka kekuasaan dan kepemimpinan Negara Iran dipegang oleh al Faqih [7], yang kemudian terkenal dengan konsep “Wilayatul Faqih“ yang disusun oleh Khomeni sebelum terjadinya revolusi. Disebutkan juga di dalam Dustur tersebut bahwa Revolusi Iran bertanggung jawab untuk membantu orang-orang tertindas menghadapi para penguasa di negaranya masing-masing, sehingga memudahkan untuk membangun sebuah umat internasional yang bersatu di bawah satu kepemimpinan, inilah yang disebut oleh banyak pengamat dengan istilah “Tasdir Tsaurah“ (Pengiriman Revolusi) . Tentunya, Al Khomeni dengan pernyataan-pernyataan tersebut[8] telah menyelisihi apa yang telah menjadi kesepakatan para ulama Syiah sepanjang sejarah bahwa yang mengaku Mahdi sebelum waktu keluarnya dinyatakan kafir. Akan tetapi karena Khomeni berhasil mendirikan sebuh negara dengan seluruh kekuatannya, maka keyakinan yang selama ini dipegang teguh oleh ulama-ulama pendahulu mereka menjadi luntur. Sehingga kita dapatkan ulama-ulama kontemporer Syiah mulai mendukung konsep Wilayatul Faqih Khomeni tersebut. Bagi mereka yang menyelisihinya akan dikucilkan, bahkan kalau perlu dibunuh. [9] Yang menguatkan adanya hubungan erat antara gerakan politik Syiah dengan aqidah mereka adalah para imam 12 yang mereka yakini setelah Ali, Hasan dan Husen semuanya adalah keturunan Husen. Pertanyaannya adalah kenapa harus keturunan Husen? Kenapa orang-orang Syiah cintanya kepada Husen jauh berlebihan jika dibandingkan dengan cinta mereka kepada Hasan? Bahkan Hasan tidak disebut-sebut dalam buku-buku mereka kecuali sangat sedikit sekali? Setelah ditelusuri ternyata istri dari Husen adalah seorang putri istana kerajaan Persia yang bernama Syahrubanu, yang merupakan putri raja Persia terakhir yang bernama Yazdajrid, disinilah terjadi pertemuan darah al Hasyimiyah dan darah as Sataniyah. [10] Kekuasaan dan Imamah Konsep Imamah adalah doktrin syiah yang paling mendasar. Sebuah doktrin yang sudah merupakan harga mati dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Mungkin saja, seorang syiah menutupi-nutupi ajaran lainnya dengan konsep “ Taqiyah “. Tetapi dalam masalah Imamah ini, seperti mereka tidak bisa bertaqiyah. Ulama kontemporer mereka Muhammad Husen Ali Kasyif al Ghitoi mengarang buku “ Ashlu Syiah wa Usuluha “ dalam rangka untuk ( At-Taqrib ) mendekatkan antara Syiah dan Sunnah, maka buku ini dikirim ke seluruh dunia dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Di dalam buku tersebut Muhammad Husen Ali Kasyif al Ghitoi menjelaskan dengan gamblang bahwa masalah Imamah adalah masalah yang paling mendasar dalam Syiah Imamiyah dan merupakan titik perbedaan yang paling penting antara Syiah dengan Sunnah. [11] Di dalam konsep Imamah ini didapatkan poin-poin sebagai berikut : Imamah merupakan jabatan Ilahi, maka yang memilih para imam-imam mereka adalah Allah swt secara langsung melalui nash.[12] Wilayah ( Kepimpinan ) merupakan rukun Islam yang kelima. [13] Para Imam yang berjumlah 12 orang mempunyai kedudukan yang tidak bisa dicapai oleh malaikat yang paling dekat dengan Allah, maupun oleh nabi yang diutus. [14] Para imam mereka lebih utama dari ulul azmi dari kalangan nabi.[15] Yang mengingkari salah satu Imam sama dengan mengingkari kenabian, artinya telah kafir dan sesat serta masuk dalam neraka selama-lamanya [16]. Dengan alasan seperti ini mereka mengkafirkan seluruh sahabat kecuali tiga orang yaitu Miqdad, Salman dan Abu Dzar, bahkan mereka mengkafirkan seluruh kaum muslimin non syiah, serta menghalalkan darah mereka. Imam mereka mengetahui kapan mereka mati, dan mereka tidak akan mati kecuali dengan mereka. [17] Para Imam adalah maksum ( terjaga) dari berbuat salah dan dosa, baik yang kecil maupun yang besar, baik sengaja maupun tidak sengaja. Mereka juga terjaga dari kelengahan, kekeliruan dan lupa.[18] Doktrin Imamah ini sebagaimana telah disebut di atas, merupakan doktrin yang paling penting. Doktrin inilah yang mewarnai hampir seluruh ajaran Syiah secara umum, seperti Tahrif al Qur’an, Pengkafiran para sahabat dan umat Islam non Syiah, penghalalan darah mereka, dan lain-lainnya. Hal itu sangat dimaklumi, karena di dalam konsep Imamah inilah kekuasaan akan bisa diraih, semua pengikutnya diwajibkan untuk mentaati imam-imam mereka yang maksum dan tidak pernah berbuat salah, apalagi mereka diangkat langsung oleh Allah swt dengan melalui nash dan wasiat dari Rasulullah saw. Tentunya, dengan diterapkannya konsep Imamah ini dalam tataran politik, akan membentuk kekuatan yang luar biasa, karena akan didukung oleh para pengikutnya yang sangat fanatik dan rela mengorbankan apa saja demi tercapai tujuan-tujuan yang telah diletakkan oleh para Imam mereka. Revolusi Iran merupakan contoh nyata dari penerapan konsep Imamah tersebut. Tahrif al Qur’an.[19] Doktrin tentang Tahrif al Qur’an dimunculkan syiah untuk mendukung konsep Imamah, oleh karenanya, kita dapati hampir seluruh ayat-ayat Al Qur’an ditakwilkan untuk mendukung kekhilafahan Ali bin Abu Thalib ra, seperti dalam QS Al Maidah : 55 dan 67. Bahkan untuk tujuan tersebut, mereka tidak segan-segannya untuk menambah ayat –ayat di dalam Al Qur’an. Sehingga muncullah doktrin-doktrin di bawah ini : Al Qur’an yang sebenarnya terdiri dari 17.000 ayat. [20] Yang bisa mengumpulkan dan menghafal al Qur’an persis seperti apa yang diturunkan oleh Allah hanyalah para imam. [21] Mereka mempunyai Mushaf Fatimah, yang tebalnya tiga kali lipat dari al Quran yang dipegang kaum muslimin sekarang, dan tidak ada satu hurufpun yang ada dengan al Qur’an sekarang.[22] Tentunya, masih banyak doktrin-doktrin Syiah yang bertentangan dengan aqidah umat Islam, bahkan doktrin-doktrin tersebut bisa mengganggu keamanan masyarakat, karena berujung pada revolusi berdarah untuk merebut kekuasaan. Oleh karenanya, umat Islam harus selalu waspada dengan gerakan-gerakan seperti ini, agar peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau seperti pembantaian umat Islam secara masal yang terjadi di Baghdad pada masa Khilafah Abbasiyah, kemudian terulang kembali di saat jatuhnya Saddam Husen, begitu juga sabotase berdarah yang terjadi di Mekkah al Mukarramah yang diikuti dengan pencurian Hajar Aswad, konflik berdarah yang tidak kunjung selesai yang terjadi di Pakistan, Yaman, dan Bahrain serta peristiwa –peristiwa lainnya, agar semua itu bisa dihindari khususnya di negara Indonesia yang mayoritas umat Islamnya bermadzhab Ahlus Sunah. Yang terakhir, kami mengajak umat Islam, khususnya para ulama dan cendikiawan untuk banyak membaca buku-buku literatur aliran Syiah ini, dan mengikuti perkembangan politik yang ada di Timur Tengah, supaya kita benar-benar mengetahui hakekat gerakan aliran ini, sehingga tidak mudah terkecoh dengan slogan-slogan kosong yang sering diusung, padahal kenyataannya tidak demikian. Mudah-mudahan Allah membimbing kita kepada jalan-Nya yang lurus, dan memberikan kepada kita kekuatan untuk selalu memegang kebenaran hingga akhir hayat kita, Amien. Dr Ahmad Zain [1] Lihat Al Kulaini dalam Al Kafi : 1/397. Disini sangat kelihatan persamaan keyakinan Syiah dengan keyakinan Yahudi, yang hendak menghancurkan Masjid al- Aqsa dan membangun di atas reruntuhannya kuil Nabi Daud dan Sulaiman, dan dari situ orang-orang Yahudi akan memimpin dunia ini. Hal ini semakin menyakinkan kajian yang menyatakan bahwa aliran Syiah ini pertama kali dimunculkan oleh Abdullah bin Saba’ yang merupakan orang Yahudi yang berpura-pura masuk Islam dengan tujuan merusak Islam dari dalam. Abdullah bin Saba’ ini bukanlah tokoh fiktif seperti yang diisukan oleh sebagian ulama syiah kontemporer seperti Murtadha al Askari dan Muhammad Husen Ali Kasyif Ghitoi dalam bukunya: Ashlu asy Syiah wa Ushuluha. Para ulama syiah terdahulu sendiri mengakui keberadaan Abdullah bin Saba’, seperti Sa’ad Al Qummi yang terkenal dengan ats Tsiqah di dalam bukunya al Maqalat wa al Firaq, An Nubakhty di dalam bukunya Firaqu as Syi’ah, dan al Kusi di dalam Rijal al Kusi, dan ahli sejarah mereka al Ya’qubi dalam bukunya Tarikh al Ya’qubi. [2] Lihat At Thusi di dalam bukunya : “Al Istibshor“ dan “AtTahdzib“, Al Majlisi di dalam Bihar al Anwar 52/ 386. [3] Lihat umpamanya : DR. Imad Ali Abdus Sami’ di dalam bukunya “ Khiyanat asy Syi’ah wa Atsaruha fi Hazaim al Ummah al-Islamiyah.” [4] Al Majlisi, Bihar Al Anwar : 52/ 338 [5] Al Majlisi, Bihar Al Anwar : 52 / 373 [6] Lihat Ali Al Kurani, al Mumahidun lil al Mahdi, hlm 126- 127, sebagaimana dinukil oleh Mundzir as Syarif dari Ulama Najef, dalam bukunya : Al Mukhaththath Al Ijrami Li Ibadati Umat Al Islam Tahta Musamma Khuruj Al Imam Al Mahdi, hlm :62 [7] Lihat Dustur al Islami Negara Iran, hlm : 18 [8] Lihat lebih lengkap dalam al Khomeni, al Hukumat al Islamiyah,hlm : 26, 48, 80, 113 [9] Mundzir as Syarif, Al Mukhaththath Al Ijrami, hlm : 61 [10] Utsman bin Muhammad al Khomis, Madza Ta’rif ‘an Dien as Syiah , hlm : 87 [11] Muhammad Husen Ali Kasyif Ghitoi, Ashlu asy Syiah wa Ushuluha, hlm : 133 [12] Muhammad Husen Ali Kasyif Ghitoi, Ashlu asy Syiah wa Ushuluha, hlm : 134 [13] Al Kulaini, Al Kafi : 2/ 18 [14] Al Khomeni, al Hukumat al Islamiyah, hlm : 52 [15] Abdul Husain Nikmatullah al Jazairi, al Anwar an Nukmaniyah : 1/ 20-21 [16] Al Majlisi, Bihar al Anwar : 27/ 62 [17] Al Kulaini, al Kafi : 1/258 [18] Al Majlisi, Bihar al Anwar : 25/ 191 [19] At Tabrisi, seorang ulama Syiah telah menulis sebuah buku yang menyatakan adanya doktrin Tahrif al Qur’an dalam ajaran Syiah, buku tersebut diberi judul : “Fashl al Khithab fi Itsbati Tahrif Kitabi Rabb al Al Arbab. “ [20] Al Kulaini, al Kafi : 2/ 634. [21] Al Kulaini, al Kafi : 1/ 228. [22] Al Kulaini, al Kafi : 1/ 239. Sumber: http://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/syiah-itu-aliran-politik-atau-aqidah-tersendiri.htm#.UbgwYufTyuI

Muslimah, Apa Arti Jilbab/Tudung Bagimu?

Muslimah, Apa Arti Jilbab/Tudung Bagimu? Redaksi – Kamis, 27 Rajab 1434 H / 6 Juni 2013 14:48 WIB Jilbab ini tak sekedar penutup kepala karena rambut yang jelek Jilbab ini tak sekedar penutup kulit yang hitam atau coklat karena termakan iklan pingin berkulit putih Jilbab ini tak sekedar penutup kaki yang tidak panjang semampai Jilbab ini tak sekedar ingin ikut-ikutan tren karena banyak artis berjilbab Jilbab ini tak sekedar karena beli bahan kepanjangan mau buat apa sisanya Jilbab ini bukan dipakai karena memang terpaksa karena instansi tempat kita belajar atau bekerja mengharuskan kita untuk berjilbab Jilbab ini dipakai bukan karena ingin mencari perhatian lawan jenis agar dinilai alim … Muslimah, lebih dari itu semua, ketahuilah bahwa di antara kasih sayang Allah terhadap kaum wanita adalah tidak mengabaikan hal-hal yang dapat menjadi kemaslahatan bagi mereka kecuali menganjurkannya dan memerintahkannya, dan tidak membiarkan apapun yang membahayakannya kecuali memperingatkannya dan menghindarkannya dari mereka. Muslimah, bentuk kasih sayang Allah kepada kaum perempuan adalah memerintahkannya supaya mengenakan hijab yang syar’i jika ia telah mencapai usia baligh dan lebih banyak menetap dirumah. Allah berfirman dalam QS. Al-Ahzab 33, “Dan hendaklah kamu tetap dirumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkahlaku seperti orang-orang jahiliah yang dahulu dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahli bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” Juga dalam QS. An-Nuur 3, “Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anaka-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” Juga dalam QS. Al-Ahzab 59, “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka, yang demikian itu supaya mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Bagi saudari-saudariku yang sudah mengenakan pakaian muslimah tentu sudah tidak asing lagi dengan ayat-ayat diatas, bukan maksudku untuk meremehkan kalian semua dalam hal ini, akan tetapi aku tuliskan kembali semua ini sekedar untuk mengingatkan kembali tentang semangat kita semua dalam berpakaian mauslimah yang syar’i, karena di zaman yang serba modern saat ini bukanlah hal mustahil jika kita bisa saja tergoda oleh buaian dunia sehingga jauh dari aturan-aturan syariat. Naudzubillah. Tak terkecuali diriku. Semoga kita terhindar dari itu semua. Aku yakin, dengan saling mengingatkan di antara kita, Insya Allah akan menambah keimanan kita . Teruntuk saudariku yang belum terketuk hatinya untuk mengenakan jilbab syar’i semoga dapat menambah wawasan dan menambah keyakinan bahwa tak ada kerugian ketika kita menaati apa yang Allah perintahkan. Saya dan muslimah lain mendoakan semoga kalian diberikan hidayah-Nya. Dan juga para lelaki, para suami maupun calon suami, sudah kewajiban Anda untuk juga tahu akan hal seperti ini karena Anda adalah pemimpin/calon pemimpin dalam keluarga yang tentunya anda mempunyai istri atau anak-anak perempuan yang menjadi tanggung jawab Anda untuk senantiasa mengingatkan dalam kebaikan dan nantinya pasti dimintai pertanggungjwaban. Saudariku sudah selayaknyalah kita memudahkan orang-orang yang bertanggung jawab, karena kesadaran kita sendiri untuk berjilbab karena kita tahu kita lebih takut kepada Allah. Saudariku, lalu sebenarnya hijab yang wajib dikenakan itu seperti apa? Menutup seluruh anggota badan kecuali muka dan telapak tangan Tebal dan tidak transparan Tidak mengundang fitnah atau menjadi perhiasan bagi dirinya Longgar tidak menggunakan wangi-wangian Tidak menyerupai kaum laki-laki Tidak berbusana seperti wanita non-muslim Tidak mencolok Saya hanya menuliskan poin-poinnya saja. Selanjutnya Anda bisa mengakses lewat buku-buku, salah satunya yang berjudul “Pakaian Wanita Muslimah” karya Syaikh Utsaimin. Saudariku, sudahkah kita, istri kita, anak-anak kita nantinya, saudara perempuan kita berjilbab sesuai syariah? Mari senantiasa perbaiki niatan kita dan juga busana kita sehingga ketika kita berpakaian tidak hanya sekedar ikut tren tapi juga berniat melaksanakan perintah Allah yang menuai pahala. Saudariku, semoga tulisan sederhana saya ini bisa kembali mengingatkanku dan kalian semua. Dakwah tidak sekedar berkata akan tetapi butuh suri tauladan. Semoga kita bisa mengikuti suri tauladan yang baik, Nabi Muhammad Saw. Semoga kita senantiasa dimudahkan oleh-Nya untuk menapaki dinul Islam. Amiin Penulis: Anindya Sugiyarto, Ibu rumah tangga dengan dua orang anak, tinggal di Rawasari, Jakarta Pusat Sumber: http://www.eramuslim.com/akhwat/muslimah/muslimah-apa-arti-jilbab-bagimu-2.htm#.UbguKOfTyuI

Sudahkah Syar’i Hijab/Tudung Kita?

Sudahkah Syar’i Hijab/Tudung Anda? Redaksi – Rabu, 3 Sya'ban 1434 H / 12 Juni 2013 14:47 WIB Sudah tidak asing lagi di lingkungan kita sosok-sosok wanita Islam (Muslimah) yang mengenakan “jilbab”, dimana merupakan wujud dari apresiasi hukum wajib Islam yang harus ditaati. Dan adalah hal yang sangat menggembirakan ketika melihat para wanita Islam mulai berbondong-bondong mengenakan jilbab. Jilbab yang dipahami masyarakat kita adalah jilbab sebagai kerudung, bukan dari makna aslinya, yakni baju luar yang dipakai untuk menutupi tubuh dari atas (kepala) sampai bawah (kaki), kemudian dikenal dengan nama hijab, karena dipakai dengan maksud untuk menghindari dari pandangan laki-laki yang bukan mahram (tidak mempunyai hubungan darah/kekerabatan). Semakin banyaknya muslimah yang memakai jilbab dewasa ini, nampaknya tidak disia-siakan oleh dunia mode, sehingga terciptalah banyak model/kreasi jilbab yang ada di tengah-tengah masyarakat kita. Dan Pada dasarnya, model seperti apa pun jilbab yang dikenakan seorang muslimah, harus tetap mengacu pada standarisasi jilbab yang dimaksud dalam ajaran Islam, dimana fungsi sebenarnya adalah pakaian takwa atau hijab. Adapun syarat hijab seorang muslimah adalah : Menutup seluruh badan selain yang dikecualikan, seperti muka dan telapak tangan. Tidak ada hiasan pada pakaian itu sendiri. Kain yang tebal dan tidak tembus pandang. Lapang dan tidak sempit. Karena pakaian yang sempit dapat memperlihatkan bentuk tubuh seluruhnya atau sebagian. Tidak menyerupai laki-laki. Tidak menyerupai pakaian orang kafir. Pakaian yang tidak mencolok. Jadi, kita dapat menyimpulkan bahwa jibab itu syar’i atau tidak dengan mengacu pada tujuh syarat tersebut. Yang menarik perhatian penulis dan perlu dicermati adalah model jilbab yang sepertinya syar’i (sesuai aturan Islam) tapi ternyata tidak syar’i. Penulis mengambil contoh salah satu model jilbab lebar (biasanya menjuntai sampai pusar atau menutupi dada) yang ada kerutan dan neci pada leher. Kalau ditarik ke belakang, samping, atau depan (sesuai modelnya), leher akan terlihat lebih ramping tapi tidak mencekik. Dan biasanya, model jilbab ini berbahan kain “jatuh” atau lembek. Kalau kita perhatikan lebih teliti, model seperti ini akan menampakkan lekuk pada pundak dan dada. Salah satu contoh lainnya, yakni pada jilbab yang ada kerutan di kepala, melingkar dari telinga kanan ke telinga kiri. Kalau yang memakai jilbab model seperti ini menyanggul rambutnya, maka rambut akan terlihat bentuknya, karena posisi kerutan tepat di bawah sanggulan rambut. Padahal dalam konteks menutup aurat, di sini tidak hanya menjadikannya tidak kelihatan secara fisik, tapi juga secara bentuk (lekuk). Jadi, sudah seharusnya para kaum muslimah lebih hati-hati dalam memilih model jilbab, karena yang disyari’atkan bukan hanya lebar menutup dada, tapi juga harus tebal (tidak transparan), tidak menarik perhatian, dan tidak menampakkan lekuk tubuh. Wallahu a’lam bishshawab. Profil Penulis: Rifatul Farida rifarida.multiply.com Sumber: http://www.eramuslim.com/akhwat/muslimah/sudahkah-syari-hijab-anda.htm#.UbgqyufTyuI