Saudaraku,
Ali bin Abu Thalib ra pernah berkata:
اَلْعَجَبُ مِمَّنْ يَقْنَطُ وَمَعَهُ النَّجَاةُ.
قِيْلَ لَهُ: وَمَا هِيَ النَّجَاةُ؟
قَالَ: كَثْرَةُ الْاِسْتِغْفَارِ.
"Sungguh mengherankan, orang yang putus asa (dari rahmat Allah) padahal ia mempunyai jalan selamat."
Ada yang berkata, "Apakah jalan selamat itu?."
Ia menjawab, "Memperbanyak istighfar."
(Mawa'izh as shahabah, Shalih Ahmad al Syami).
Saudaraku..
Adakah di antara kita selain para Nabi dan Rasul yang tak luput dari dosa, kesalahan, kekhilafan dan maksiat?. Tentu tidak ada. Mungkin kadar kesalahan yang kita lakukan cukup banyak kuantitasnya; bisa setiap pekan, setiap hari, dan bahkan setiap jam. Baik itu kesalahan dan kekhilafan yang berhubungan dengan hak Sang Maha Pencipta, maupun kesalahan yang terkait dengan sesama makhluk.
Karena kita adalah manusia biasa. Jadi kesalahan dan khilaf itu lumrah kita lakukan. Namun yang jadi masalah adalah saat kita tak menyadari kesalahan dan kekhilafan yang sering kita lakukan.
Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Nabi saw beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali. Sedangkan dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa beliau beristighfar dan bertaubat kepada Allah 100 kali dalam sehari. Kesimpulan yang dapat kita tarik adalah bahwa Nabi saw beristighfar dalam sehari antara 70 sampai 100 kali.
Tersebut dalam atsar, bahwa Abu Hurairah ra beristighfar dalam sehari seribu kali. Demikian pula dengan Ibnu Taimiyah, dalam sehari ia beristighfar seribu kali terkadang lebih dan kadang kurang dari itu.
Saudaraku..
Ada dua model orang yang salah dalam mensikapi dosa yang telah diperbuatnya.
Pertama; orang yang putus asa. Merasa bahwa ampunan Allah swt telah tertutup untuknya. Karena dosa dan kesalahan yang dilakukannya dalam hidup tak terhitung jumlahnya. Putus asa dari rahmat Allah merupakan sifat orang-orang kafir. "Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir." Yusuf: 87.
Kedua; orang yang tak sadar dengan dosa yang telah diperbuatnya. Adakah satu musibah yang lebih besar dari musibah ini?. Tentu tidak ada.
Yang terbaik dari kita selaku insan beriman adalah menjadikan istighfar sebagai profesi hidup kita. Istighfar setelah melakukan ketaatan, selepas meraih kemenangan dan sudah barang tentu setelah melakukan kesalahan dan dosa. Baik disengaja atau tidak. Sadar atau tidak. Dosa besar ataupun kecil. Dan seterusnya.
Saudaraku...
Sudahkah kita beristighfar hari ini? Sejumlah istighfarnya Nabi saw, para sahabat dan generasi terbaik sesudahnya?. Wallahu a'lam bishawab.
Riyadh, 04 Juli 2012 M
--
Ustadz Ahmad Mustaqim "PKS Arab Saudi"
Riyadh, 04 Juli 2012 M
--
Ustadz Ahmad Mustaqim "PKS Arab Saudi"
No comments:
Post a Comment